PB KAMISTA: November 2014
Kabar Terbaru
Loading...

Permainan Kecil Anak Sibolga

Masa kecil adalah suatu masa yang sangat kita nikmati bermain bermain dan bermain. Sepanjang setiap hari kita tidak bosan untuk bermain, berkumpul dengan teman yang lain memulai permainan yang sewajar nya di mainkan seorang remaja. Tapi saat ini permainan itu lambat perlahan mulai hilang termakan jaman modern. Hampir semua anak remaja sibolga tidak lagi memainkan permainan remaja nya, lebih cenderung mengikuti perkembangan jaman yang selalu berkembang tiap jam nya :)



Berikut adalah permainan kecil anak sibolga yang hampir punah :


Congklak 
Permainan berdua dengan alat kayu atau plastic berlubang 7 buah dan isi batu 7 juga 

Peok Peok
Permainan kejar-kejaran bersama-sama siapa dapat akan gentian yang mengejar dan cara menghindarkan kita dapat lawan adalah berjongkok ketika lawan main datang menghampiri.

Kudo Dongkak 
Permainan ber group dan 1 group terdiri dari 2 orang bergantian saling gendong dan saling serang berlawanan hingga salah satu dari group itu jatuh. 

Panikkis 
Sebuah alat dari pecahan batu atau marmer tipis dipergunakan untuk main kertas bergambar di tanah.

Galendong Galasan
Segulungan benang yang direntang dari ujung ke ujung dengan terlebih dahulu direndam dalam kaleng berisi campuran air, serbuk kaca halus, lem kayu atau perasan air daun “bungo rayo” dan kesemuanya direbus dalam kaleng tersebut. 

Tumbuk Tumbuk Si Kaleng 
Permainan bersama-sama dengan tangan tergenggam saling bertumpukan atara tangan satu dengan yang lainnya

Cendong 
Permainan bersama saling bersembunyi ditempat yang diupayakan tidak diketahui oleh 1 orang anak yang dapat hukuman untuk mencari kawannya.

Iyye Iyye 
Permainan anak perempuan bergroup dengan memakai tali (karet yang disambung) 

Batu Limo 
Permainan bersama anak perempuan (ada juga anak laki-laki yang boleh ikut) dengan alat 5 buah batu ukuran bulat kecil yang digenggam di telapak tangan lalu dilemparkan keatas bersamaan dan di tahan dengan punggung telapak tangan.

Gala Hambek
Permainan bergroup 4-5 orang (laki-laki atau perempuan) di tanah lapang atau jalan dengan menggaris tanah atau jalan memakai abu dapur dengan gambar petak 4.

Layang Layang Kodok 
Kertas (biasanya ukuran kwarto) yang dilipat 4 segi hingga belah 2 selanjutnya di ikat pakai tali benang dan diterbangkan untuk jadi layangan 

Pacco Pacco 
Permainan anak perempuan yang bahannya terdiri dari bebrapa helai potong atau lembaran kain bekas yang digunting membentuk boneka-boneka tiruan

Suten 
Permainan dengan memakai alat jari-jari tangan (jempol, telunjuk dan jari kelingking)

Main Piccek 
Permainan bergroup antara laki-laki dan perempuan di tanah lapang/jalan atau tanah datar dengan menggaris tanah atau menaburi jalan pakai abu dapur bermotif “manusia” lalu giliran peserta melompati lingkaran yang di buat dengan memakai alat batu bulat tipis atau sejenisnya

Main Gambar-gambar 
Permainan dengan memakai alat kertas petak kecil seukuran 1 atau 2 x lebar kotak korek api dengan model permainan ada yang ditempelkan ditelapak tangan lalu saling ditamparkan ketelapak tangan lawan yang juga ada 1 lembar gambar-gambar, dan gambar siapa yang terlungkup maka dia yang kalah dan gamabar-gambar miliknya jadi hak lawannya. Atau antara masing-masing anak bertaruh gambar-gambar di dalam satu lingkaran kecil (2 x ukuran besar bola kaki) di tanah datar dan ditimpuk pakai batu tipis (permainan Panikkis). 

Main Kaje 
Permainan memakai gelang karet yang ditumpuk atau ada yang digantung lalu di tembak hingga jatuh. 

Bola Loja 
Permainan bersama dengan banyak 5 sampai sepuluh atau lebih anak (biasanya lebih dominant anak laki-laki) dengan memakai bola plastic kecil yang ditendang atau dipukul pakai kayu dan setiap anak boleh memakai tameng pelindung dan wajib menghindar kalau lawan melemparnya pakai bola tersebut.

Main Lauk Lego
Permainan dengan melaga 2 ekor ikan dalam sebuah botol dengan taruhan pihak yang kalah ikannya yang di laga atau ikan laganya yang lain akan menjadi pihak yang menang. 

Main tembak bulu paluru Rampane 
Permainan bergroup dengan memakai alat sebatang bamboo kecil ukuran panjang 20 atau 25 CM dan satu alat dari bamboo kecil ukuran 5 atau 10 CM yang ujungnya diberi kayu tipis panjang, lalu putik jambu atau biji “rampane dimasukkan kedalam bamboo dan ditembakkan kepada pihak lawan. 

Balego Hapea 
Permainan 2 orang anak dengan alat masing-masing 1 butir buah pohon karet diletakkan di ujung telapak tangan kanan dan kemudian saling dihimpitkan atau diadukan dengan tangan kiri. Buah karet yang pecah menandakan si anak yang memiliki buah karet tersebut kalah

Balego Kuranji (Asam Jawo) di ate kacco 
Permainan 2 orang anak atau bergroup dengan alat buah asam jawa yang digosok kelantai semen yang kasar lalu ditempelkan pakai air ludah atau putih telur di atas sepotong kaca. 

Main Rekket 
Permainan 1 lawan 1 atau berpasangan dengan memakai alat dari kayu yang kepalanya bulat dilapisi rangkaian tali nilon atau racket/badminton di tanah lapang atau jalan.

Main Bola Kasti
Permainan bergroup terdiri 5 sampai 7 orang anak laki-laki atau perempuan dengan alat sebuah bola karet kecil dan sebatang kayu bulat sebagai pemukul, dan bola yang dipukul akan dilemparkan kepihak lawan yang berlari mencapai garis atau titik lingkaran tertentu, kalau dalam arah larinya bola tersebut mengenai sasaran, maka permainan digantikan oleh pihak yang melempar bola tepat sasaran tadi. 

Main Kalereng
Permainan bergroup dengan memakai alat beberapa butir bola kelereng/gundul yang saling ditimpukkan, kelereng/gundu yang kena sasaran atau keluar dari batas lingkaran dinyatakan kalah dan bias jadi milik lawan.

Main BP-BP
Permainan anak perempuan dengan memakai alat kertas kecil (besar dan kecil ukuran kertas bervariasi, tapi biasanya tak lebih besar dari 1 atau 2 kali ukuran jari tangan) bergambar (ragam jenis gambar bermacam ragam mulai dari motip manusia, pakaian,bunga atau rumah dll), lalu dibentuklah atau dirangkaikan (ibarat menyusun puzzle) masing-masing kertas gambar hingga membentuk sambungan manusia, rumah atau bunga dll.

Main Kuacci 
Permainan 1 lawan 1 atau berpasangan dengan alat terbuat dari plastic tebal padat dan keras (biasanya bergambar variatif jenis motip hewan dll seukuran lebar kertas korek api) lalu disusun berbaris di samping garis memanjang dengan jarak 2 atau 3 meter, lalu ditimpuk satu persatu. 

Main Cungkil 
Permainan bergroup dengan alat sebatang kayu bulat panjang ½ meter dan kayu bulat panjang 25 – 30 CM sebagai anak pukulnya yang diletakkan berbaring diatas tanah yang sudah digali sedalam lebih kurang 10 CM dengan panjang yang sama. Anak kayu dipukul dan pihak lawan harus dapat menangkap anak kayu tersebut barulah dinyatakan menang. 

Main Dokter Kecil 
Permainan bergroup antara anak laki-laki dan perempuan dengan meniru adegan bagaimana perawat dirumah sakit  menangani pasien  

Mudah-mudahn permainan kecil anak sibolga tidak lenyap begitu saja, dan selalu di budayakan sehingga bisa mengantisipasi perkembangan modern dunia yang sangat canggih. Semoga Bisa bermanfaat :)

Mengenal Bahasa Pesisir

Bahasa Pesisir adalah bahasa yang dipergunakan masyakat Tapanuli Tengah dan Sibolga sehari-hari sebagai bahasa lisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan di rumah maupun di luar rumah dan dalam pergaulan sehari-hari.

Bahasa Pesisir telah menjadi bahasa pengantar yang tidak dapat dilupakan masyakat Sumando Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga khususnya, maupun Pantai Barat Sumatera pada umumnya, baik di kampung halaman maupun di perantauan.

Namun sangat disayangkan sekali bahwa tulisan masyarakat Suku Pesisir belum pernah ditemukan sampai saat ini karena masyarakat suku Pesisir mempergunakan tulisan Arab gundul yang tidak mempunyai anda-tanda atau baris atas dan bawah.Akan tetapi masyarakat beragama Islam yang melihat tulisan tersebut dapat mengerti karena memang telah mempelajarinya dalam pengajian.

Bahasa Sibolga ini sangat mirip dengan bahasa Minang, walau pun mirip tapi tidak sama alias ada perbedaan diantara keduanya. Bahasa Minang dialek pengucapannya lebih cepat sehingga sukar untuk diikuti, beda dengan bahasa Sibolga yang dialek pengucapannya lebih berirama, lebih khas dan unik, kalau bisa saya katakan, bahasa Sibolga adalah akulturasi dari bahasa Minang, Melayu, Mandailing dan Batak, tapi pengaruh yang dominan adalah Minang.

Perbedaan selanjutnya adalah dari arti bahasanya. Jika dalam bahasa Minang ibu itu adalah bundo/mandeh, sedangkan Sibolga, ibu adalah umak. Dalam bahasa Minang abang itu uda, dan kakak: uni, sedangkan dalam bahasa Sibolga, abang itu abang/ogek, dan kakak adalah uning. Dan perbedaan yang paling terasa adalah pengucapan, dalam bahasa Minang, akhiran i, u, akan diucap ia atau ua, contoh, guntiang (gunting), paniang (pening), bakumpua (kumpul), tamanuang (termenung), dsbnya. Sedangkan Sibolga tidak memakai akhiran seperti itu, contoh: gunting (gunting), paning (pening), bakumpu (berkumpul), tamanung (termenung), dsbnya. Orang minang lebih sering memanggil dirinya denai (saya) walau pun panggilan ambo juga termasuk bahasa Minang, tapi mereka lebih sering menggunakan kata denai. Untuk panggilan kamu/kau adalah wa'ang (untuk pri)a dan 'ang (untuk wanita). Sedangkan orang Sibolga memanggil dirinya: ambo (saya), dan panggilan kamu/kau adalah wa'ang (untuk pria) dan panggilan munak (untuk wanita). Itulah penjelasan singkat sebagian perbedaan keduanya, banyak lagi perbedaan lainnya tapi saya cukupkan saja dulu. Mohon maaf bagi warga Sibolga dan Minang bila apa yang saya jelaskan ini keliru.

Berikut dibawah ini saya kutip beberapa kalimat dalam bahasa Sibolga:
Ayah:Orang tua laki-laki (ayah kandung)
Umak:Orang tua perempuan (ibu kandung)
Pak Tuo:Abang kandung ayah (uak kandung)
Mak Tuo:Kakak kandung ayah (uak kandung)
Mak Tanga:Adik kandung ayah (bibi)
Tuanadik:Abang kandung laki-laki tertua
Ka'uti:Adik kandung laki-laki yang kedua
Ogek:Adik kandung laki-laki yang ketiga
Ta'ajo:Abang ipar laki-laki
Ta'uti:Kakak ipar perempuan
Cecek:Kakak perempuan tertua
Uning:Kakak perempuan nomor dua
Teta:Kakak perempuan nomor bungsu
Angku:Kakek
Uci:Nenek
Mamak:Om (adik ibu yang laki-laki)
Ambo nandak pai kasikoah:Saya mau pergi ke sekolah
Kecekkan-la daulu ka uning 'ang tu:Beritahukanlah terlebih dahulu kepada kakakmu
Barisuk ambo nandak pai ka Siboga mampasuoi adik ambo sekalian manjanguk pamili anak ruma ambo nang ala mandaului kito:Besok saya akan pergi ke Sibolga menjumpai adik saya dan sekaligus melayat famili istri saya yang telah berpulang mendahuli kita.
Pabilo wa'ang pai ka Medan?:Kapan kau pergi ke Medan?
Jangan munak lakeh tasundek:Jangan kau gampang merajuk
Ambo hampokkan wa'ang beiko da?!:Aku hajar lah kau nanti ya?!
Umak, nikah kanlah ambo ka anak gadih nan rancak tu?:Ibu, nikahkan lah aku kepada anak gadis yang cantik itu?
Angek bana hari ko yah?:Panas sekali hari ini?


Sejarah Tapanuli Tengah

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah antara lain di Tapanuli Tengah tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tanggal 24 Agustus 1945 Residen Tapanuli, saat itu menghunjuk Z.A. Glr Sutan Komala Pontas Pemimpin Distrik Sibolga selanjutnya sebagai Demang dan menjadi penanggung jawab pelaksana roda pemerintahan di Tapanuli Tengah. Pada saat itu Dr. Ferdinand Lumbantobing eks Wakil Residen Tapanuli menjadi Residen Tapanuli berkedudukan di Tarutung. Pada tanggal 15 Oktober 1945 oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd. Hasan menyerahkan urusan pembentukan daerah Otonom setingkat di wilayahnya pada pemerintahan daerah kepada masing-masing Residen.

Gubernur Tapanuli Sumatera Timur dengan Keputusan Nomor 1 Tahun 1946 mengangkat dan mengukuhkan Z.A. Glr Sutan Komala Pontas sebagai Bupati/Kepala Luhak Tapanuli Tengah. Sesuai Keputusan Gubernur Sumatera Timur tanggal 17 Mei 1946 Kota Sibolga dijadikan sebagai Kota Administratif yang dipimpin oleh seorang Walikota dan pada saat itu dirangkap oleh Bupati Kabupaten Sibolga (Tapanuli Tengah) yaitu Z.A. Glr Sutan Komala Pontas. Luas wilayah Kota Administratif Sibolga ditetapkan dengan Ketetapan Residen Tapanuli Nomor 999 Tahun 1946.

Pada tahun 1946 di Tapanuli Tengah mulai dibentuk Kecamatan untuk menggantikan sistem Pemerintahan Onder Distrik Afdeling pada masa Pemerintahan Belanda. Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang-undang Nomor 7 Drt 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal 24 Agustus 1945.

Dalam perjalanan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah telah silih berganti Kepala Daerah mulai dari 
  • Z.A. Glr Sutan Komala Pontas (1945 – 1946)
  • Prof. Mr. M. Hazairin (1946 – 1946)
  • A. M. Djalaluddin (1946 – 1947)
  • Mangaraja Sori Muda (1947 – 1952)
  • Ibnu Sa’adan (1952 – 1954)
  • Raja Djundjungan (1954 – 1958)
  • Matseh Glr. Kasayangan (1958 – 1959)
  • M. Samin Pakpahan (1959 – 1965)
  • S.S. Paruhum Stn. Singengu (1965 – 1967)
  • Ridwan Hutagalung (1967 – 1975)
  • Bangun Siregar (1975 – 1980)
  • Lundu panjaitan, SH (1980 – 1985)
  • H. Abd. Wahab Dalimunthe, SH (1985 – 1990)
  • Drs. Amrun Daulay (1990 – 1995)
  • Drs. Panusunan Pasaribu (1995 – 2001)
  • Drs. Tuani Lumbantobing (2001 – 2006)
  • Drs. Rudolf Pardede, sebagai Penjabat (2006)
  • Drs. Tuani Lumbantobing (2006 – 2011)
  • Raja Bonaran Situmean SH.MHum (2011 S/d Sekarang)
Demikianlah sejarah Kab. Tapanuli Tengah, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca :)


Awal Mula Sibolga dan Sejarah nya

Mengingat Kota Sibolga didirikan oleh orang Batak Toba yang bermarga Hutagalung maka kita akan menyampaikan tentang Sejarah Berdirinya Kota Sibolga. Jauh sebelum kota Sibolga terbentuk di pesisir teluk Tapian Nauli, teluk Tapian Nauli telah ramai dengan aktivitas perdagangan  di ketahui melalui catatan pelawat Islam abad ke-7 dan Portugis di abad ke-16 M,  dimana teluk Tapian Nauli merupakan salah satu pintu masuk perdagangan yang pertama di pantai barat sumatera  utara  dengan Bandar ( pelabuhan) nya Barus (Tengku Luckman sinar, SH, “Lintasan Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara", Harian Waspada, 23 juni 1981). 

Mengutip apa yang di sampaikan oleh Tengku Luckman Sinar dalam tulisannya yang bertajuk (lintasan sejarah sibolga dan pantai barat sumatera utara 1981) di mana dalam tulisanya   tersebut beliau menyampaikan bagaimana kondisi teluk Tapian Nauli pada saat itu  telah terjadi interaksi antara masyarakat di pesisir pantai teluk Tapian Nauli dengan Orang-orang yang tinggal di pedalaman, yang sangat membutuhkan garam, dan bahan bahan lainya yang hanya dapat bisa diperoleh dari pesisir pantai, mereka melakukan barter dengan hasil hutan yang mereka peroleh, dengan garam dan lain-lain, hal ini sering dilakukan oleh “Parlanja” (Pengertian parlanja  adalah orang yang membawa barang dengan pikulan), makin lama makin banyak orang hilir mudik, dan menetap di pesisir pantai.

Berdirinya sibolga berawal dari di bukanya kampung oleh Ompu Datu Hurinjom yang berasal dari daerah Silindung (Tapanuli Utara) di Simaninggir yang pada saat ini Simaninggir merupakan wilayah yang termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Tapanuli Tengah. Letak Simaninggir tersebut berada di gunung dekat dengan teluk Tapian Nauli. Simaninggir/Tinggir yang dalam bahasa Toba Batak mempunyai arti tajam pendengaran/pemantauan.

Oleh para parlanja daerah ini sering dijadikan sebagai tempat istirahatnya ketika hendak menuju daerah pesisir pantai atau pun sesudah sekembali dari daerah  pesisir pantai sebelum kembali ke daerahnya. Semenjak Ompu Datu Hurinjom bermukim di Simaninggir, kawasan teluk Tapian Nauli diwarnai dengan perdagangan secara paksa antara penduduk dengan pihak Inggris yang berkembang menjadi perang. 

Walau pun demikian Ompu Datu Hurinjom yang memiliki postur tubuh tinggi besar tidak gentar menghadapi keadaan, bahkan memindahkan pemukiman mendekati teluk, yaitu di Simare-Mare (salah satu daerah di kecamatan Sibolga kota) di bawah kaki Dolok Simarbarimbing dan terus melakukan perlawanan terhadap pihak Inggris yang memonopoli perdagangan di teluk Tapian Nauli). 

Dikarenakan taktik perang dan taktik wilayah dan untuk menjamin keperluan garam maka sekitar tahun 1700 M cucu Datu Horinjom bernama Raja Luka Hutagalung yang dalam perjalanan sejarahnya yang kemudian lebih dikenal sebagai Tuanku Dorong membuka perkampungan baru di sekitar aliran sungai Aek Doras (sungai di wilayah kecamatan Sibolga kota). Ompu Datu Horinjom sebagai pemuka kampung pertama di Simaninggir merupakan seseorang yang dihormati oleh kalangan masyarakatnya di samping memiliki postur tubuh tinggi besar  ompu tersebut juga memilki kesaktian/tenaga hal ini juga  turun kepada anak dan cucunya yang juga memilki tubuh tinggi besar. 

Di mana dalam masyarakat Batak adalah Tabu  untuk menyebut nama seseorang apalagi orang tersebut lebih tua dan di hormati, sehinnga yang ingin bertemu dengannya sering disampaikan dengan sebutan : beta tu huta ni Sibalga’i, yang apabila diartikan sebagai berikut ayo ke tempat/kampung orang yang tinggi besar itu, kata tersebut merupakan awal kata di mana kemudian dalam perjalanan sejarah berikutnya berkembang menjadi Sibolga (Drs. Raja Ja’far  Hutagalung, “Sibolga Nama Legendaris Seorang Pejuang”, dalam buku “Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga 1998:111).  

Periode 1815 pihak Inggris mengadakan perjanjian yang mana perjanjian tersebut disebut dengan perjanjian Tigo Badusanak, dengan Raja Sibogah serta Datuk-Datuk yang berada di pulau-pulau kecil di sekitar teluk Tapain Nauli yaitu pulau Poncan Ketek (kecil) dan Poncan Gadang (besar) yang saat itu tunduk di bawah kekuasan inggris, pihak inggris menyebut Poncan dengan Fort Tapanooly dikarenakan di sanalah Inggris mendirikan benteng dan pada tahun 1801 ditetapkan Jhon Prince sebagai residennya. 

Menurut Tengku Luckman Sinar bahwa dari hasil catatan riset  seorang pembesar belanda E. B. Kielstra bahwa dalam periode 1833-1838 di Sibolga penuh berdiam penduduk segala bangsa terutama orang batak yang berasal dari wilayah Angkola yang mengungsi, dan setelah pusat  pemerintahan asisten Residensi Tapanuli bertempat di sekitar Aek Doras,  Sibolga menjadi ramai, meski pun di kelilingi oleh sawah dan rawa-rawa, penduduk asal batak yang sudah beragama islam sudah menjadi “Pesisir” dengan adat sendiri yang spesifik. Di masa Sibolga dibagun istana raja yang berada di tepi sungai Aek Doras dan perkampungan di sekelilingnya dipindahkan ke daerah baru  di Sibolga Ilir, dan sebagai pemangku adat berdasarkan data dan silsilah raja-raja/kepala kuria di Sibolga adalah sebagai berikut: 

  1. Raja Luka Hutagalaung gelar Tuanku Dorong pembuka kampung pertama di sekitar sungai aek Doras yang kemudian berkembang menjadi kuria sibogah    
  2. Sutan Manukar 
  3. Raja Ombun Sipalenta  
  4. Sultan Parhimpunan   Muhamad Sahib (merupakan kepala kuria terakhir, karena setelah zaman kemerdekaan istilah raja/kepala kuria sudah tidak ada lagi) (“Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga, 1998:13:111) 


Periode selanjutnya antara tahun 1838-1842 setelah Belanda membuka jalan dari Sibolga hingga Portibi (Tapanuli Selatan) dan pada saat itu Sumatera Barat sudah meningkat menjadi “Gouvernement” (Propinsi) dan Tapanuli menjadi salah satu “Resident”-nya, di mana dengan Beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 7 Desember 1842 ditetapkan Sibolga menjadi ibukota  Residen Tapanuli yang  dipimpin oleh seorang Afdelinghoof   (kepala daerah). Afdeling di bawah Kerisidenan Sibolga  : 
  1. Afdeling Singkil  
  2. Afdeling Barus   
  3. Afdeling Mandailing 
  4. Afdeling Natal  
  5. Afdeling Angkola 
  6. Afdeling Nias 
  7. Afdeling Sibolga 


Wilayah yang termasuk distrik afdeling  Sibolga ialah : Sibolga, Tapian Nauli, Badiri, Sarudik, Kolang, Tukka, Sai Ni Huta, dan pulau-pulau kecil di depan teluk Tapian Nauli, yang mana setiap distrik dikepalai oleh seorang Districhoof (Demang). Selanjutnya di tahun 1871 Belanda menghapuskan sistem pemerintahan Raja-Raja/Kepala Kuria dan diganti oleh Demang tetapi sebagian masyarakat masih mengangap Raja/Kepala kuria sebagai pemangku adat yang sah, pada tahun 1898 hampir semua daerah di Sibolga ditelan a mukan api akibat dari perlawanan masyarakat terhadap Belanda, dan pada tahun 1906 ibukota residen Tapanuli dipindahkan ke Padang Sidempuan. Pada masa pemerintahan militer Jepang, Sibolga dipimpin oleh seorang Sityotyo  (baca Sicoco) yang memegang pimpinan kota, sebagai kelanjutan dari kepala distrik yang masih dijabat oleh bekas Districhoofd (Demang) pada masa pendudukan belanda yaitu Z. A. 

Sutan Kumala Pontas. Periode berikutnya tahun 1947, A. M. Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah di Sibolga di waktu jabatan beliau inilah Sibolga di bentuk menjadi daerah otonom tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N.R.I (Negara Republik Indonesia) tanggal 29 November 1946 Nomor 999, dan selaku realisasi dari surat keputusan Gubernur Sumatera Utara N.R.I tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, dan kota otonom Sibolga itu dipimpin oleh seorang Walikota yang dirangkapkan  kepada Bupati Tapanuli Tengah (Prof. M. Solly Lubis, SH, “Sibolga  dan sekeping sejarahnya”, dalam buku “Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga, 1998:16:111). Terhitung tanggal 24 November 1956 sejak  berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956, yang mengatur pembentukan daerah otonom kota-kota besar dalam lingkungan daerah propinsi Sumatera Utara, di mana dalam pasal 1 Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956 itu ditetapkan pembentukan 4 kota besar yaitu : 
  • Medan, 
  • Pematangsiantar, 
  • Sibolga 
  • Kutaraja, 


Menurut Undang-Undang Darurat ini Sibolga menjadi kota besar, dengan batas wilayah sesuai dengan keputusan residen Tapanuli tanggal 29 November 1946 Nomor 999. Setelah keluarnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI tanggal 14 Desember 1957 Nomor u.p15/2/1 diangkatlah D. E. Sutan Radja Bungaran menjadi Walikota Sibolga, dan sejak 1 Januari 1958 berakhir pula perangkapan jabatan Walikota Sibolga oleh Bupati kabupaten Tapanuli Tengah dan secara administratif menjadi daerah kotamadya di luar Kabupaten Tapanuli Tengah.

Tapanuli tengah Sejuta Masalah

Cerita Sibolga

Cerita sibolga atau ceritasibolga.blogspot.com adalah salah satu blog yang memuat seputar wisata, kuliner, sejarah  serta keindahan kota Sibolga dan Tapanuli tengah. Blog ini bertujuan untuk memperkenalkan wisata, kuliner dan juga budaya nya ke dunia luar. Dan bakalan berkembang kedepan nya sedikit-sedikit. 

Mari bantu untuk memperkenalkan budaya sibolga dan Tapanuli tengah ke orang banyak meskipun budaya tersebut sedikit dan hampir mirip dengan budaya orang lain, Jangan cuma wisata dan kuliner nya yang di kenal orang dari kota kita


Untuk mengetahui sibolga dan Tapanuli lebih dekat tentang wisata, kuliner, dan tentang sejarah nya Kunjungi terus Cerita Sibolga atau http://ceritasibolga.blogspot.com. :)