PB KAMISTA: 2014
Kabar Terbaru
Loading...

Permainan Kecil Anak Sibolga

Masa kecil adalah suatu masa yang sangat kita nikmati bermain bermain dan bermain. Sepanjang setiap hari kita tidak bosan untuk bermain, berkumpul dengan teman yang lain memulai permainan yang sewajar nya di mainkan seorang remaja. Tapi saat ini permainan itu lambat perlahan mulai hilang termakan jaman modern. Hampir semua anak remaja sibolga tidak lagi memainkan permainan remaja nya, lebih cenderung mengikuti perkembangan jaman yang selalu berkembang tiap jam nya :)



Berikut adalah permainan kecil anak sibolga yang hampir punah :


Congklak 
Permainan berdua dengan alat kayu atau plastic berlubang 7 buah dan isi batu 7 juga 

Peok Peok
Permainan kejar-kejaran bersama-sama siapa dapat akan gentian yang mengejar dan cara menghindarkan kita dapat lawan adalah berjongkok ketika lawan main datang menghampiri.

Kudo Dongkak 
Permainan ber group dan 1 group terdiri dari 2 orang bergantian saling gendong dan saling serang berlawanan hingga salah satu dari group itu jatuh. 

Panikkis 
Sebuah alat dari pecahan batu atau marmer tipis dipergunakan untuk main kertas bergambar di tanah.

Galendong Galasan
Segulungan benang yang direntang dari ujung ke ujung dengan terlebih dahulu direndam dalam kaleng berisi campuran air, serbuk kaca halus, lem kayu atau perasan air daun “bungo rayo” dan kesemuanya direbus dalam kaleng tersebut. 

Tumbuk Tumbuk Si Kaleng 
Permainan bersama-sama dengan tangan tergenggam saling bertumpukan atara tangan satu dengan yang lainnya

Cendong 
Permainan bersama saling bersembunyi ditempat yang diupayakan tidak diketahui oleh 1 orang anak yang dapat hukuman untuk mencari kawannya.

Iyye Iyye 
Permainan anak perempuan bergroup dengan memakai tali (karet yang disambung) 

Batu Limo 
Permainan bersama anak perempuan (ada juga anak laki-laki yang boleh ikut) dengan alat 5 buah batu ukuran bulat kecil yang digenggam di telapak tangan lalu dilemparkan keatas bersamaan dan di tahan dengan punggung telapak tangan.

Gala Hambek
Permainan bergroup 4-5 orang (laki-laki atau perempuan) di tanah lapang atau jalan dengan menggaris tanah atau jalan memakai abu dapur dengan gambar petak 4.

Layang Layang Kodok 
Kertas (biasanya ukuran kwarto) yang dilipat 4 segi hingga belah 2 selanjutnya di ikat pakai tali benang dan diterbangkan untuk jadi layangan 

Pacco Pacco 
Permainan anak perempuan yang bahannya terdiri dari bebrapa helai potong atau lembaran kain bekas yang digunting membentuk boneka-boneka tiruan

Suten 
Permainan dengan memakai alat jari-jari tangan (jempol, telunjuk dan jari kelingking)

Main Piccek 
Permainan bergroup antara laki-laki dan perempuan di tanah lapang/jalan atau tanah datar dengan menggaris tanah atau menaburi jalan pakai abu dapur bermotif “manusia” lalu giliran peserta melompati lingkaran yang di buat dengan memakai alat batu bulat tipis atau sejenisnya

Main Gambar-gambar 
Permainan dengan memakai alat kertas petak kecil seukuran 1 atau 2 x lebar kotak korek api dengan model permainan ada yang ditempelkan ditelapak tangan lalu saling ditamparkan ketelapak tangan lawan yang juga ada 1 lembar gambar-gambar, dan gambar siapa yang terlungkup maka dia yang kalah dan gamabar-gambar miliknya jadi hak lawannya. Atau antara masing-masing anak bertaruh gambar-gambar di dalam satu lingkaran kecil (2 x ukuran besar bola kaki) di tanah datar dan ditimpuk pakai batu tipis (permainan Panikkis). 

Main Kaje 
Permainan memakai gelang karet yang ditumpuk atau ada yang digantung lalu di tembak hingga jatuh. 

Bola Loja 
Permainan bersama dengan banyak 5 sampai sepuluh atau lebih anak (biasanya lebih dominant anak laki-laki) dengan memakai bola plastic kecil yang ditendang atau dipukul pakai kayu dan setiap anak boleh memakai tameng pelindung dan wajib menghindar kalau lawan melemparnya pakai bola tersebut.

Main Lauk Lego
Permainan dengan melaga 2 ekor ikan dalam sebuah botol dengan taruhan pihak yang kalah ikannya yang di laga atau ikan laganya yang lain akan menjadi pihak yang menang. 

Main tembak bulu paluru Rampane 
Permainan bergroup dengan memakai alat sebatang bamboo kecil ukuran panjang 20 atau 25 CM dan satu alat dari bamboo kecil ukuran 5 atau 10 CM yang ujungnya diberi kayu tipis panjang, lalu putik jambu atau biji “rampane dimasukkan kedalam bamboo dan ditembakkan kepada pihak lawan. 

Balego Hapea 
Permainan 2 orang anak dengan alat masing-masing 1 butir buah pohon karet diletakkan di ujung telapak tangan kanan dan kemudian saling dihimpitkan atau diadukan dengan tangan kiri. Buah karet yang pecah menandakan si anak yang memiliki buah karet tersebut kalah

Balego Kuranji (Asam Jawo) di ate kacco 
Permainan 2 orang anak atau bergroup dengan alat buah asam jawa yang digosok kelantai semen yang kasar lalu ditempelkan pakai air ludah atau putih telur di atas sepotong kaca. 

Main Rekket 
Permainan 1 lawan 1 atau berpasangan dengan memakai alat dari kayu yang kepalanya bulat dilapisi rangkaian tali nilon atau racket/badminton di tanah lapang atau jalan.

Main Bola Kasti
Permainan bergroup terdiri 5 sampai 7 orang anak laki-laki atau perempuan dengan alat sebuah bola karet kecil dan sebatang kayu bulat sebagai pemukul, dan bola yang dipukul akan dilemparkan kepihak lawan yang berlari mencapai garis atau titik lingkaran tertentu, kalau dalam arah larinya bola tersebut mengenai sasaran, maka permainan digantikan oleh pihak yang melempar bola tepat sasaran tadi. 

Main Kalereng
Permainan bergroup dengan memakai alat beberapa butir bola kelereng/gundul yang saling ditimpukkan, kelereng/gundu yang kena sasaran atau keluar dari batas lingkaran dinyatakan kalah dan bias jadi milik lawan.

Main BP-BP
Permainan anak perempuan dengan memakai alat kertas kecil (besar dan kecil ukuran kertas bervariasi, tapi biasanya tak lebih besar dari 1 atau 2 kali ukuran jari tangan) bergambar (ragam jenis gambar bermacam ragam mulai dari motip manusia, pakaian,bunga atau rumah dll), lalu dibentuklah atau dirangkaikan (ibarat menyusun puzzle) masing-masing kertas gambar hingga membentuk sambungan manusia, rumah atau bunga dll.

Main Kuacci 
Permainan 1 lawan 1 atau berpasangan dengan alat terbuat dari plastic tebal padat dan keras (biasanya bergambar variatif jenis motip hewan dll seukuran lebar kertas korek api) lalu disusun berbaris di samping garis memanjang dengan jarak 2 atau 3 meter, lalu ditimpuk satu persatu. 

Main Cungkil 
Permainan bergroup dengan alat sebatang kayu bulat panjang ½ meter dan kayu bulat panjang 25 – 30 CM sebagai anak pukulnya yang diletakkan berbaring diatas tanah yang sudah digali sedalam lebih kurang 10 CM dengan panjang yang sama. Anak kayu dipukul dan pihak lawan harus dapat menangkap anak kayu tersebut barulah dinyatakan menang. 

Main Dokter Kecil 
Permainan bergroup antara anak laki-laki dan perempuan dengan meniru adegan bagaimana perawat dirumah sakit  menangani pasien  

Mudah-mudahn permainan kecil anak sibolga tidak lenyap begitu saja, dan selalu di budayakan sehingga bisa mengantisipasi perkembangan modern dunia yang sangat canggih. Semoga Bisa bermanfaat :)

Mengenal Bahasa Pesisir

Bahasa Pesisir adalah bahasa yang dipergunakan masyakat Tapanuli Tengah dan Sibolga sehari-hari sebagai bahasa lisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan di rumah maupun di luar rumah dan dalam pergaulan sehari-hari.

Bahasa Pesisir telah menjadi bahasa pengantar yang tidak dapat dilupakan masyakat Sumando Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga khususnya, maupun Pantai Barat Sumatera pada umumnya, baik di kampung halaman maupun di perantauan.

Namun sangat disayangkan sekali bahwa tulisan masyarakat Suku Pesisir belum pernah ditemukan sampai saat ini karena masyarakat suku Pesisir mempergunakan tulisan Arab gundul yang tidak mempunyai anda-tanda atau baris atas dan bawah.Akan tetapi masyarakat beragama Islam yang melihat tulisan tersebut dapat mengerti karena memang telah mempelajarinya dalam pengajian.

Bahasa Sibolga ini sangat mirip dengan bahasa Minang, walau pun mirip tapi tidak sama alias ada perbedaan diantara keduanya. Bahasa Minang dialek pengucapannya lebih cepat sehingga sukar untuk diikuti, beda dengan bahasa Sibolga yang dialek pengucapannya lebih berirama, lebih khas dan unik, kalau bisa saya katakan, bahasa Sibolga adalah akulturasi dari bahasa Minang, Melayu, Mandailing dan Batak, tapi pengaruh yang dominan adalah Minang.

Perbedaan selanjutnya adalah dari arti bahasanya. Jika dalam bahasa Minang ibu itu adalah bundo/mandeh, sedangkan Sibolga, ibu adalah umak. Dalam bahasa Minang abang itu uda, dan kakak: uni, sedangkan dalam bahasa Sibolga, abang itu abang/ogek, dan kakak adalah uning. Dan perbedaan yang paling terasa adalah pengucapan, dalam bahasa Minang, akhiran i, u, akan diucap ia atau ua, contoh, guntiang (gunting), paniang (pening), bakumpua (kumpul), tamanuang (termenung), dsbnya. Sedangkan Sibolga tidak memakai akhiran seperti itu, contoh: gunting (gunting), paning (pening), bakumpu (berkumpul), tamanung (termenung), dsbnya. Orang minang lebih sering memanggil dirinya denai (saya) walau pun panggilan ambo juga termasuk bahasa Minang, tapi mereka lebih sering menggunakan kata denai. Untuk panggilan kamu/kau adalah wa'ang (untuk pri)a dan 'ang (untuk wanita). Sedangkan orang Sibolga memanggil dirinya: ambo (saya), dan panggilan kamu/kau adalah wa'ang (untuk pria) dan panggilan munak (untuk wanita). Itulah penjelasan singkat sebagian perbedaan keduanya, banyak lagi perbedaan lainnya tapi saya cukupkan saja dulu. Mohon maaf bagi warga Sibolga dan Minang bila apa yang saya jelaskan ini keliru.

Berikut dibawah ini saya kutip beberapa kalimat dalam bahasa Sibolga:
Ayah:Orang tua laki-laki (ayah kandung)
Umak:Orang tua perempuan (ibu kandung)
Pak Tuo:Abang kandung ayah (uak kandung)
Mak Tuo:Kakak kandung ayah (uak kandung)
Mak Tanga:Adik kandung ayah (bibi)
Tuanadik:Abang kandung laki-laki tertua
Ka'uti:Adik kandung laki-laki yang kedua
Ogek:Adik kandung laki-laki yang ketiga
Ta'ajo:Abang ipar laki-laki
Ta'uti:Kakak ipar perempuan
Cecek:Kakak perempuan tertua
Uning:Kakak perempuan nomor dua
Teta:Kakak perempuan nomor bungsu
Angku:Kakek
Uci:Nenek
Mamak:Om (adik ibu yang laki-laki)
Ambo nandak pai kasikoah:Saya mau pergi ke sekolah
Kecekkan-la daulu ka uning 'ang tu:Beritahukanlah terlebih dahulu kepada kakakmu
Barisuk ambo nandak pai ka Siboga mampasuoi adik ambo sekalian manjanguk pamili anak ruma ambo nang ala mandaului kito:Besok saya akan pergi ke Sibolga menjumpai adik saya dan sekaligus melayat famili istri saya yang telah berpulang mendahuli kita.
Pabilo wa'ang pai ka Medan?:Kapan kau pergi ke Medan?
Jangan munak lakeh tasundek:Jangan kau gampang merajuk
Ambo hampokkan wa'ang beiko da?!:Aku hajar lah kau nanti ya?!
Umak, nikah kanlah ambo ka anak gadih nan rancak tu?:Ibu, nikahkan lah aku kepada anak gadis yang cantik itu?
Angek bana hari ko yah?:Panas sekali hari ini?


Sejarah Tapanuli Tengah

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah antara lain di Tapanuli Tengah tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tanggal 24 Agustus 1945 Residen Tapanuli, saat itu menghunjuk Z.A. Glr Sutan Komala Pontas Pemimpin Distrik Sibolga selanjutnya sebagai Demang dan menjadi penanggung jawab pelaksana roda pemerintahan di Tapanuli Tengah. Pada saat itu Dr. Ferdinand Lumbantobing eks Wakil Residen Tapanuli menjadi Residen Tapanuli berkedudukan di Tarutung. Pada tanggal 15 Oktober 1945 oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd. Hasan menyerahkan urusan pembentukan daerah Otonom setingkat di wilayahnya pada pemerintahan daerah kepada masing-masing Residen.

Gubernur Tapanuli Sumatera Timur dengan Keputusan Nomor 1 Tahun 1946 mengangkat dan mengukuhkan Z.A. Glr Sutan Komala Pontas sebagai Bupati/Kepala Luhak Tapanuli Tengah. Sesuai Keputusan Gubernur Sumatera Timur tanggal 17 Mei 1946 Kota Sibolga dijadikan sebagai Kota Administratif yang dipimpin oleh seorang Walikota dan pada saat itu dirangkap oleh Bupati Kabupaten Sibolga (Tapanuli Tengah) yaitu Z.A. Glr Sutan Komala Pontas. Luas wilayah Kota Administratif Sibolga ditetapkan dengan Ketetapan Residen Tapanuli Nomor 999 Tahun 1946.

Pada tahun 1946 di Tapanuli Tengah mulai dibentuk Kecamatan untuk menggantikan sistem Pemerintahan Onder Distrik Afdeling pada masa Pemerintahan Belanda. Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang-undang Nomor 7 Drt 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal 24 Agustus 1945.

Dalam perjalanan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah telah silih berganti Kepala Daerah mulai dari 
  • Z.A. Glr Sutan Komala Pontas (1945 – 1946)
  • Prof. Mr. M. Hazairin (1946 – 1946)
  • A. M. Djalaluddin (1946 – 1947)
  • Mangaraja Sori Muda (1947 – 1952)
  • Ibnu Sa’adan (1952 – 1954)
  • Raja Djundjungan (1954 – 1958)
  • Matseh Glr. Kasayangan (1958 – 1959)
  • M. Samin Pakpahan (1959 – 1965)
  • S.S. Paruhum Stn. Singengu (1965 – 1967)
  • Ridwan Hutagalung (1967 – 1975)
  • Bangun Siregar (1975 – 1980)
  • Lundu panjaitan, SH (1980 – 1985)
  • H. Abd. Wahab Dalimunthe, SH (1985 – 1990)
  • Drs. Amrun Daulay (1990 – 1995)
  • Drs. Panusunan Pasaribu (1995 – 2001)
  • Drs. Tuani Lumbantobing (2001 – 2006)
  • Drs. Rudolf Pardede, sebagai Penjabat (2006)
  • Drs. Tuani Lumbantobing (2006 – 2011)
  • Raja Bonaran Situmean SH.MHum (2011 S/d Sekarang)
Demikianlah sejarah Kab. Tapanuli Tengah, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca :)


Awal Mula Sibolga dan Sejarah nya

Mengingat Kota Sibolga didirikan oleh orang Batak Toba yang bermarga Hutagalung maka kita akan menyampaikan tentang Sejarah Berdirinya Kota Sibolga. Jauh sebelum kota Sibolga terbentuk di pesisir teluk Tapian Nauli, teluk Tapian Nauli telah ramai dengan aktivitas perdagangan  di ketahui melalui catatan pelawat Islam abad ke-7 dan Portugis di abad ke-16 M,  dimana teluk Tapian Nauli merupakan salah satu pintu masuk perdagangan yang pertama di pantai barat sumatera  utara  dengan Bandar ( pelabuhan) nya Barus (Tengku Luckman sinar, SH, “Lintasan Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara", Harian Waspada, 23 juni 1981). 

Mengutip apa yang di sampaikan oleh Tengku Luckman Sinar dalam tulisannya yang bertajuk (lintasan sejarah sibolga dan pantai barat sumatera utara 1981) di mana dalam tulisanya   tersebut beliau menyampaikan bagaimana kondisi teluk Tapian Nauli pada saat itu  telah terjadi interaksi antara masyarakat di pesisir pantai teluk Tapian Nauli dengan Orang-orang yang tinggal di pedalaman, yang sangat membutuhkan garam, dan bahan bahan lainya yang hanya dapat bisa diperoleh dari pesisir pantai, mereka melakukan barter dengan hasil hutan yang mereka peroleh, dengan garam dan lain-lain, hal ini sering dilakukan oleh “Parlanja” (Pengertian parlanja  adalah orang yang membawa barang dengan pikulan), makin lama makin banyak orang hilir mudik, dan menetap di pesisir pantai.

Berdirinya sibolga berawal dari di bukanya kampung oleh Ompu Datu Hurinjom yang berasal dari daerah Silindung (Tapanuli Utara) di Simaninggir yang pada saat ini Simaninggir merupakan wilayah yang termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Tapanuli Tengah. Letak Simaninggir tersebut berada di gunung dekat dengan teluk Tapian Nauli. Simaninggir/Tinggir yang dalam bahasa Toba Batak mempunyai arti tajam pendengaran/pemantauan.

Oleh para parlanja daerah ini sering dijadikan sebagai tempat istirahatnya ketika hendak menuju daerah pesisir pantai atau pun sesudah sekembali dari daerah  pesisir pantai sebelum kembali ke daerahnya. Semenjak Ompu Datu Hurinjom bermukim di Simaninggir, kawasan teluk Tapian Nauli diwarnai dengan perdagangan secara paksa antara penduduk dengan pihak Inggris yang berkembang menjadi perang. 

Walau pun demikian Ompu Datu Hurinjom yang memiliki postur tubuh tinggi besar tidak gentar menghadapi keadaan, bahkan memindahkan pemukiman mendekati teluk, yaitu di Simare-Mare (salah satu daerah di kecamatan Sibolga kota) di bawah kaki Dolok Simarbarimbing dan terus melakukan perlawanan terhadap pihak Inggris yang memonopoli perdagangan di teluk Tapian Nauli). 

Dikarenakan taktik perang dan taktik wilayah dan untuk menjamin keperluan garam maka sekitar tahun 1700 M cucu Datu Horinjom bernama Raja Luka Hutagalung yang dalam perjalanan sejarahnya yang kemudian lebih dikenal sebagai Tuanku Dorong membuka perkampungan baru di sekitar aliran sungai Aek Doras (sungai di wilayah kecamatan Sibolga kota). Ompu Datu Horinjom sebagai pemuka kampung pertama di Simaninggir merupakan seseorang yang dihormati oleh kalangan masyarakatnya di samping memiliki postur tubuh tinggi besar  ompu tersebut juga memilki kesaktian/tenaga hal ini juga  turun kepada anak dan cucunya yang juga memilki tubuh tinggi besar. 

Di mana dalam masyarakat Batak adalah Tabu  untuk menyebut nama seseorang apalagi orang tersebut lebih tua dan di hormati, sehinnga yang ingin bertemu dengannya sering disampaikan dengan sebutan : beta tu huta ni Sibalga’i, yang apabila diartikan sebagai berikut ayo ke tempat/kampung orang yang tinggi besar itu, kata tersebut merupakan awal kata di mana kemudian dalam perjalanan sejarah berikutnya berkembang menjadi Sibolga (Drs. Raja Ja’far  Hutagalung, “Sibolga Nama Legendaris Seorang Pejuang”, dalam buku “Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga 1998:111).  

Periode 1815 pihak Inggris mengadakan perjanjian yang mana perjanjian tersebut disebut dengan perjanjian Tigo Badusanak, dengan Raja Sibogah serta Datuk-Datuk yang berada di pulau-pulau kecil di sekitar teluk Tapain Nauli yaitu pulau Poncan Ketek (kecil) dan Poncan Gadang (besar) yang saat itu tunduk di bawah kekuasan inggris, pihak inggris menyebut Poncan dengan Fort Tapanooly dikarenakan di sanalah Inggris mendirikan benteng dan pada tahun 1801 ditetapkan Jhon Prince sebagai residennya. 

Menurut Tengku Luckman Sinar bahwa dari hasil catatan riset  seorang pembesar belanda E. B. Kielstra bahwa dalam periode 1833-1838 di Sibolga penuh berdiam penduduk segala bangsa terutama orang batak yang berasal dari wilayah Angkola yang mengungsi, dan setelah pusat  pemerintahan asisten Residensi Tapanuli bertempat di sekitar Aek Doras,  Sibolga menjadi ramai, meski pun di kelilingi oleh sawah dan rawa-rawa, penduduk asal batak yang sudah beragama islam sudah menjadi “Pesisir” dengan adat sendiri yang spesifik. Di masa Sibolga dibagun istana raja yang berada di tepi sungai Aek Doras dan perkampungan di sekelilingnya dipindahkan ke daerah baru  di Sibolga Ilir, dan sebagai pemangku adat berdasarkan data dan silsilah raja-raja/kepala kuria di Sibolga adalah sebagai berikut: 

  1. Raja Luka Hutagalaung gelar Tuanku Dorong pembuka kampung pertama di sekitar sungai aek Doras yang kemudian berkembang menjadi kuria sibogah    
  2. Sutan Manukar 
  3. Raja Ombun Sipalenta  
  4. Sultan Parhimpunan   Muhamad Sahib (merupakan kepala kuria terakhir, karena setelah zaman kemerdekaan istilah raja/kepala kuria sudah tidak ada lagi) (“Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga, 1998:13:111) 


Periode selanjutnya antara tahun 1838-1842 setelah Belanda membuka jalan dari Sibolga hingga Portibi (Tapanuli Selatan) dan pada saat itu Sumatera Barat sudah meningkat menjadi “Gouvernement” (Propinsi) dan Tapanuli menjadi salah satu “Resident”-nya, di mana dengan Beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 7 Desember 1842 ditetapkan Sibolga menjadi ibukota  Residen Tapanuli yang  dipimpin oleh seorang Afdelinghoof   (kepala daerah). Afdeling di bawah Kerisidenan Sibolga  : 
  1. Afdeling Singkil  
  2. Afdeling Barus   
  3. Afdeling Mandailing 
  4. Afdeling Natal  
  5. Afdeling Angkola 
  6. Afdeling Nias 
  7. Afdeling Sibolga 


Wilayah yang termasuk distrik afdeling  Sibolga ialah : Sibolga, Tapian Nauli, Badiri, Sarudik, Kolang, Tukka, Sai Ni Huta, dan pulau-pulau kecil di depan teluk Tapian Nauli, yang mana setiap distrik dikepalai oleh seorang Districhoof (Demang). Selanjutnya di tahun 1871 Belanda menghapuskan sistem pemerintahan Raja-Raja/Kepala Kuria dan diganti oleh Demang tetapi sebagian masyarakat masih mengangap Raja/Kepala kuria sebagai pemangku adat yang sah, pada tahun 1898 hampir semua daerah di Sibolga ditelan a mukan api akibat dari perlawanan masyarakat terhadap Belanda, dan pada tahun 1906 ibukota residen Tapanuli dipindahkan ke Padang Sidempuan. Pada masa pemerintahan militer Jepang, Sibolga dipimpin oleh seorang Sityotyo  (baca Sicoco) yang memegang pimpinan kota, sebagai kelanjutan dari kepala distrik yang masih dijabat oleh bekas Districhoofd (Demang) pada masa pendudukan belanda yaitu Z. A. 

Sutan Kumala Pontas. Periode berikutnya tahun 1947, A. M. Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah di Sibolga di waktu jabatan beliau inilah Sibolga di bentuk menjadi daerah otonom tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N.R.I (Negara Republik Indonesia) tanggal 29 November 1946 Nomor 999, dan selaku realisasi dari surat keputusan Gubernur Sumatera Utara N.R.I tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, dan kota otonom Sibolga itu dipimpin oleh seorang Walikota yang dirangkapkan  kepada Bupati Tapanuli Tengah (Prof. M. Solly Lubis, SH, “Sibolga  dan sekeping sejarahnya”, dalam buku “Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga, 1998:16:111). Terhitung tanggal 24 November 1956 sejak  berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956, yang mengatur pembentukan daerah otonom kota-kota besar dalam lingkungan daerah propinsi Sumatera Utara, di mana dalam pasal 1 Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956 itu ditetapkan pembentukan 4 kota besar yaitu : 
  • Medan, 
  • Pematangsiantar, 
  • Sibolga 
  • Kutaraja, 


Menurut Undang-Undang Darurat ini Sibolga menjadi kota besar, dengan batas wilayah sesuai dengan keputusan residen Tapanuli tanggal 29 November 1946 Nomor 999. Setelah keluarnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI tanggal 14 Desember 1957 Nomor u.p15/2/1 diangkatlah D. E. Sutan Radja Bungaran menjadi Walikota Sibolga, dan sejak 1 Januari 1958 berakhir pula perangkapan jabatan Walikota Sibolga oleh Bupati kabupaten Tapanuli Tengah dan secara administratif menjadi daerah kotamadya di luar Kabupaten Tapanuli Tengah.

Tapanuli tengah Sejuta Masalah

Cerita Sibolga

Cerita sibolga atau ceritasibolga.blogspot.com adalah salah satu blog yang memuat seputar wisata, kuliner, sejarah  serta keindahan kota Sibolga dan Tapanuli tengah. Blog ini bertujuan untuk memperkenalkan wisata, kuliner dan juga budaya nya ke dunia luar. Dan bakalan berkembang kedepan nya sedikit-sedikit. 

Mari bantu untuk memperkenalkan budaya sibolga dan Tapanuli tengah ke orang banyak meskipun budaya tersebut sedikit dan hampir mirip dengan budaya orang lain, Jangan cuma wisata dan kuliner nya yang di kenal orang dari kota kita


Untuk mengetahui sibolga dan Tapanuli lebih dekat tentang wisata, kuliner, dan tentang sejarah nya Kunjungi terus Cerita Sibolga atau http://ceritasibolga.blogspot.com. :)

Sejarah UNIMED

Pada tahun lima puluhan, setelah selesai revolusi, fisik, pertumbuhan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sekolah Menengah atas (SMA) demikian pesatnya, sehingga kebutuhan akan tenaga kependidikan (guru) yang berkualitas saat itu dapat dipenuhi. Dengan berbagai cara Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan membuka lembaga-lembaga pendidikan guru, seperti Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) dan Kursus B-I untuk mendidikan calon guru, khususnya guru yang bertugas di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Walaupun usaha itu demikian giat dilaksanakan, namun jumlah kebutuhan tenaga guru untuk Sumatera Utara belum juga terpenuhi dalam waktu singkat.

Bertolak dari keadaan ini, pada tahun 1956 beberapa tokoh pendidik di Sumatera Utara membuka Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang disebut PTPG, Gagasan ini disponsori oleh Prof. Ani Abbas Manopo, SH, yang pada waktu itu menjabat Dekan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), G. Sianipar, kepala Inspeksi Pendidikan Masyarakat dan R.M. Simanjutak, Direktur SMA Negeri 1 Medan.

PTPG saat itu membuka jurusan Bahasa Inggris, Ilmu Pendidikan, Ilmu Pengetahuan Masyarakat (kemudian dikenal sebagai Civic Hukum) dan Pendidikan Jasmani. Berdirinya PTPG ini tidak berlangsung lama, karena kemudian demi kelengkapan Universitas Sumatera Utara (didirikan oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tahun 1952) ketika dijadikan perguruan tinggi negeri pada tahun 1955, PTPG bergabung menjadi salah satu bagian dari Universitas Sumatera Utara dengan nama fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Proses ini terjadi pada tahun 1957, Berdasar pada Surat Keputusan Menteri PPK RI No. 95254 tanggal 22 Agustus 1957, resmilah FKIP menjadi salah satu Fakultas di Universitas Sumatera Utara (USU).
Sejak penggabungan dengan USU, Jurusan-jurusan yang dikelola FKIP tidak berubah, yaitu Pedagogik (Pendidikan), Hukum dan Kemasyarakatan, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Jasmani. Untuk memimpin fakultas yang baru itu Prof. Ani Abas Manopo dikukuhkan sebagai Dekan. Fakultas ini berkembang pesat, untuk meningkatkan kualitas staf pengajar beberapa dosen memperoleh kesempatan untuk tugas belajar ke luar negeri (Amerika Serikat). Dosen-dosen yang berangkat saat itu antara lain. G. Sianipar, S.H. R.M. Simanjutak, Harun Ar Rasyid, dan Ahmad Munir, mengambil program master. Dengan demikian posisi sekretaris jadi lowong dan kemudian diangkat Slamet Raharjo, M.A. Sebagai Sekretaris untuk menggantikan G.Sianipar, SH. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1961.
Pada saat itu FKIP USU mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat berarti. Bantuan staf ahli dan tenaga pengajar didatangkan dari Colombo Plan dan Ford Foundation. FKIP waktu itu berlokasi di Jalan Imam Bonjol yang sekarang ditempati oleh Perguruan Pendidikan Harapan. Pada tahun 1961 itu pula FKIP-USU sesuai dengan keputusan Pemerintah dalam hal ini Kementrian PDK, diharuskan untuk menampung para mahasiswa dari kursus B-1 agar jangan terjadi dualisme dalam penyediaan tenaga kependidikan. Berdasarkan keadaan ini, maka jurusan-jurusan di FKIP bertambah, yaitu jurusan Matematika, Ekonomi Perusahaan, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Sejarah dan Civic, dan Jurusan Pendidikan Jasmani. Para staf pengajar dengan sendirinya juga bertambah dengan berntegrasiiinya B-1 ke FKIP USU.
Pada tahun 1962 staf pengajar yang telah berangkat ke Amerika Serikat kembali ke Indonesia dan bertugas di FKIP USU, pada tahun ini juga banyak staf pengajar tamatan IKIP Bandung yang bertugas di FKIP USU. Situasi ini membuat FKIP USU menjadi lebih dewasa setelah melalui beberapa masa yang cukup memprihatinkan karena kurangnya sarana.
Sementara itu masa bakti Prof. Ani Abbas Manopo, S.H., dan dari hasil pemilihan Senat Fakultas ditetapkan G. Sianipar, SH, sebagai Dekan FKIP USU. Sebagai pendamping Dekan dalam mengelola Fakultas terpilih Apul Panggabean, M.A sebagai kuasa Dekan I, Dra. Astoeti Hendarto sebagai kuasa Dekan II dan Drs. Osman Simanjuntak sebagai kuasa dekan II. Setelah itu diangkat pula Drs. A.O.B. Situmorang sebagai Kepala Biro Administrasi.

Perubahan FKIP USU menjadi IKIP Medan

Pada tahun 1962 FKIP USU menunjukkan perkembangan yang pesat, jurusan yang dikelola bertambah, dan jumlah mahasiswa sudah ribuan orang. Pada masa itu juga pemerintah telah memikirkan untuk membentuk suatu kelembagaan IKIP seperti yang ada di Bandung dan Malang, dengan maksud untuk menghapuskan PTPG. Kondisi ini mengharapkan FKIP USU lebih berkembang dan dapat menjadi IKIP. Pada saat ini FKIP USU belum memenuhi syarat untuk menjadi suatu Institusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berdiri sendiri, maka FKIP USU kemudian dijadikan cabang dari IKIP Jakarta.
Dengan demikian pada tanggal 23 Juni 1963 terbentuklah IKIP Jakarta cabang Medan. Sebagai Dekan Koordinator diangkat G. Sianipar, SH, M.Sc, dibantu oleh dewan Presidium yang anggotanya terdiri atas G. Sianipar, S.H., M.Sc., Apul Panggabean, M.A, dan D.Q. Nasution. Bersamaan dengan itu Jurusan Pendidikan Jasmani ditetapkan menjadi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang berdiri di bawah Departemen Olahraga Republik Indonesia.
Seiring dengan perubahan FKIP USU menjadi IKIP Jakarta Cabang Medan, maka terjadi pula reorganisasi pada Fakultas ini. Jurusan-jurusan dikelompokkan sesuai dengan bidang ilmu dan mematangkannya untuk menjadi Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang berdiri sendiri. Kelompok-kelompok Jurusan itu terdiri atas 4 Fakultas, yaitu :
  1. Cabang Fakultas Ilmu Pendidikan yang terdiri atas Jurusan :
  2. a. Pendidikan Umum
    b. Pendidikan Sosial
    c. Bimbingan dan Penyuluhan, dan
    d. Administrasi Pendidikan
      
  3. Cabang Fakultas Keguruan Sastra dan Seni terdiri atas Jurusan :
  4. a. Bahasa Indonesia, dan
    b. Bahasa Inggris
      
  5. Cabang Fakultas Keguruan Ilmu Sosial terdiri atas Jurusan :
  6. a. Ekonomi Perniagaan,
    b. Antropologi,
    c. Sejarah, dan
    d. Civics Hukum
      
  7. Cabang Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta terdiri atas Jurusan :
  8. a. Ilmu Pasti,
    b. Ilmu Kimia,
    c. Ilmu Hayat,
    d. Ilmu Alam, dan
    e. Teknik Sipil
      
Jurusan Pendidikan Jasmani pada tahun 1964 melepaskan diri dari IKIP Jakarta Cabang Medan sesuai dengan keputusan Pemerintah dengan Cabang berdirinya Sekolah Tinggi Olahraga (STO). Hal ini terjadi karena dalam kabinet baru terbentuk Departemen Olah Raga sehingga STO berada di bawah naungannya.
Perkembangan selanjutnya adalah dibukanya Estension Course IKIP Medan di Pematangsiantar dan Padangsidempuan yang mengelola Jurusan Sejarah, Bahasa Inggris, Civics Hukum dan Ekonomi Perusahaan. Staf pengajarnya didatangkan dari Medan. Oleh karena kebutuhan administrasi yang sangat mendesak, diangkatlah seorang Koordinator di Padangsidempuan yaitu Drs. Cholil Dalimunthe. Extension Course di Pematangsiantar kemudian ditutup pada tahun 1970.
Oleh karena perkembangan yang begitu pesat, kampus yang terletak di Jalan Imam Bonjol tidak memadai lagi, sehingga pada tahun 1965 pindah ke Jalan Merbau 38 A ke bekas sekolah Hoa Thiao Middle School. Di tempat yang baru itu pada tahun perkuliahan 1966/1967 IKIP menambah lagi satu fakultas yaitu Fakultas Keguruan Teknik dengan tiga Jurusan yaitu : Jurusan Sipil/Bangunan, Mesin dan Elektro.
Pada tanggal 17 Maret 1967, G. Sianipar, S.H., M.Sc. meninggal dunia sehingga pelaksanaan Rektor yang sementara dijabat oleh Apul Panggabean, M.A. Sebagai pelaksana tidak berlangsung lama karena beliau akhirnya diangkat sebagai Rektor yang defenitif pada tanggal 1 Mei 1968 dengan SK. Menteri P dan K No 128/KTI/SP/68. Sebagai Pembantu Rektor I adalah Drs. M. Joenoes Alim. M.Sc., Pembantu Rektor II, Drs. Osman Simanjuntak, dan Pembantu Rektor III adalah Drs. Djainget Sembiring Muhan. Tidak lama kemudian Drs. Osman Simanjuntak menjadi anggota DPRD Sumatera Utara, kemudian jabatannya sebagai Pembantu Rektor II digantikan oleh Drs. Manginar Manullang.

Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang dahulunya keluar dari IKIP Medan kembali diintegrasikan kepada IKIP Medan berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K Republik Indonesia No. 042/0/1977. Sejak itu IKIP Medan memilili 6 fakultas dan yang berakhir adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Keolahragaan.
Pada tahun 1978 masa jabatan Prof. Apul Panggabean M.A. sebagai Rektor berakhir, karena beliau memasuki masa purna  bakti atau pensiun. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 123/M tahun 1978 tertanggal 19 Juni 1978, Drs. M. Joenoes Alim, M.Sc. ditetapkan sebagai Rektor IKIP Medan menggantikan Prof. Apul Panggabean,. M.A. Sebagai Pembantu Rektor I dijabat oleh Prof. Dr. D.P. Tampubolon. Pembantu Rektor II adalah Drs. Norman Lubis, dan Pembantu Rektor III adalah Drs. Djainget Sembiring Muhan. Kedudukan Pembantu Rektor I kemudian beralih kepada Prof. Dr. Mangasa Silitonga dengan SK Menteri P dan K Republik Indonesia No.7071/C/I/180 karena Prof. Dr. D.P. Tampubolon diangkat menjadi Atase Kebudayaan di Australia.  Untuk periode berikutnya Prof. M.Yoenoes Alim,M.Sc. kembali dikukuhkan sebagai Rektor IKIP Medan untuk yang kedua kalinya. Pembantu-pembantunya adalah Prof. Dr. Mangasa Silitonga sebagai Pembantu Rektor I, Drs. Norman Lubis sebagai Pembantu Rekor II dan Prof. Drs. Rajanin Bangun sebagai Pembantu Rektor III.
Setelah Prof. Drs. M. Joenoes Alim, M.Sc. mengakhiri jabatannya, kepemimpinan IKIP Medan dijabat oleh Prof. Drs. Sukama, M.A. sesuai dengan Keputusan Presiden RI tanggal 7 Nopember 1986 No. 222/Mu/1986. Pembantu Rektor adalah Prof. Dr. Usman Pelly, M.A, Prof. Drs. Sulaiman Lubis dan Prof. Drs. Jepta Hutabarat masing-masing sebagai Pembantu Rektor I, II dan III. Sesuai dengan Surat Keputusan Presiden R.I No. 269/M/1990, tanggal 10 Nopernber 1990, Prof. Drs. Sukarna, M.A, diangkat kembali menjadi Rektor IKIP Medan untuk periode kedua.

Pada periode ini beban dan tugas IKIP Medan tambah besar, maka di pertengahan tahun 1991 menambah lagi satu Pembantu Rektor. Dengan demikian pada periode ini Pembantu Rektor IKIP Medan menjadi 4 (empat). Pembantu Rektor I Prof. Drs. Darmono, M.Ed., Pembantu Rektor II Prof. Drs. Sulaiman Lubis, Pembantu Rektor III, Prof. Drs. Jepta Hutabarat dan Pembantu Rektor IV, Prof. Dr. Usman Pelly, M.A.
Setelah Prof. Drs. Sukama, M.A. menyelesaikan masa jabatannya, Rektor IKIP Medan dijabat oleh Prof. Drs. Darmono, M.Ed, sesuai dengan surat Keputusan Presiden RI No. 405/M/1994, tanggal 12 Desember 1994 dan dibantu oleh Pembantu  Rektor I, Prof. Djanius Djamin S.H, M.S. Pembantu Rektor II. Drs. Dharmansyah. Pembantu Rektor III, Drs. Salam Sembiring dan Pembantu Rektor IV, Drs. M. Zain Azhari. M.Pd.

Setelah periode Prof. Drs. Darmono, M.Ed., berakhir, maka Rektor IKIP Medan dijabat oleh Prof. Dr. Djanius Djamin, S.H., M.S. sesuai dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 356/M/Tahun 1998 tgl. 31 Desember 1998. dibantu oieh Prof. Dr. Usman Pelly, M.A. Sebagai Pembantu Rektor I, Drs. Alimuddrn Lubis sebagai Pembantu Rektor II, Drs. Salam Sembiring sebagai Pembantu Rektor III dan Dra. Setianna Simorangkir, M.A. sebagai Pembantu Rektor lV.
Di masa kepemimpinan Prof. Djanius Djamin. S.H., M.S.. IKIP Medan dikonversi menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) sesuai dengan Surat keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 1999. Selanjutnva sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 35/M/Tahun 2003. kepemimpinan Rektor UNIMED masih dipercayakan kepada Prof. Djanius Djamin. S.H., M.S. dibantu oleh Drs. Hasudungan Sinaga, M.S. sebagai Pembantu Rektor I. Drs. Syawal Gultom, M.Pd. sebagai Pembantu Rektor II. Dr. Albinus Silalahi. M.Si, sebagai Pembantu Rektor III dan Dra. Setianna Simorangkir, M.A. Sebagai Pembantu Rektor IV. Pada periode ini terjadi penambahan Pembantu Rektor, yakni Pembantu Rektor V bidang perencanaan dan pengembangan, yang dipercayakan kepada Drs. Alimuddin Lubis.

Setelah periode Prof. Dr. Djanius Djarnin. S.H., M.S. berakhir maka Rektor Universitas Negeri Medan dijabat oleh Prof. Syawal Gultom M.Pd.. sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 14/M/Tahun 2007 tanggal 20 Maret 2007, dibantu oleh Prof. Dr. Selamat Triono. M.Sc. Ph.D., sebagai Pembantu Rektor I, Drs. Chairul Azmi, M.Pd. sebagai Pembantu Rektor II, Drs. Biner Ambarita, M.Pd, sebagai Pembantu Rektor III dan Dr. Berlin Sibarani. M.Pd. sebagai Pembantu Rektor IV.
Pada tanggal 28 Maret 2011 Mendiknas mengangkat dan melantik Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. menjadi Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendiknas, maka untuk menjalankan tugas-tugas Rektor pada pada tanggal 11 April 2011 Menteri Pendidikan Nasional mengangkat Prof. Selamat Triono, M.Sc., Ph.D. sebagai Penjabat Rektor Unimed dengan Surat Keputusan No. 130/MPN.A4/KP/2011 tanggal 11 April 2011 dengan tugas melaksanakan pemilihan Rektor Unimed Periode 2011-2015.

Pada tanggal 15 Juni 2011 Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. dilantik  menjadi Rektor Unimed periode 2011-2015, sesuai dengan Surat Keputusan Mendiknas No. 149/MPN.A4/KP/2011 tanggal 23 Mei 2011, dibantu oleh Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. sebagai Pembantu Rektor I, Drs. Chairul Azmi, M.Pd. sebagai Pembantu Rektor II, Dr. Biner Ambarita, M.Pd, sebagai Pembantu Rektor III dan Prof. Dr. Berlin Sibarani. M.Pd. sebagai Pembantu Rektor IV.

Perubahan IKIP Medan menjadi Universiras Negeri Medan (UNIMED)

Perubahan IKIP Medan menjadi Universitas dimaksudkan sebagai upaya peningkatan mutu penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Perubahan ini pada gilirannya ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu lulusan yang dipandang relevan untuk menjawab kebutuhan pembangunan di berbagai bidang.

Perubahan kelembagaan menjadi Universitas Negeri Medan yang peresmiannya dilaksanakan pada bulan Pebruari 2000 dengan SK. Presiden No. 124 Tahun 1999, tanggal  7 Oktober 1999 menyebabkan terjadinya perubahan fungsi lembaga dan yang sebelumnya hanya mengelola bidang-bidang jurusan/program studi kependidikan (Dik) yaitu Sarjana Pendidikan (S.Pd), setelah menjadi universitas juga menamatkan Sarjana Sains (S.Si) di bidang jurusan/program studi non kependidikan.
Perubahan kelembagaan ini yang menyebabkan perluasan fungsi lembaga yang diperkirakan memiliki nilai lebih ditinjau dan beberapa hal antara lain :
  1. Terjadinya pemanfaatan bersama fasilitas dan sumber-sumber belajar (resource sharing) secara optimal. Keberadaan berbagai fasilitas sumber belajar yang ditujukan kepada pendidikan non kependidikan seperti alat-alat laboratorium, dan buku dapat digunakan oleh mahasiswa kependidikan. Dengan Resource Sharing ini diharapkan program studi kependidikan akan menjadi bertambah baik.
  2. Memperbesar daya tampung mahasiswa dan akses Universitas Negeri.
  3. Diharapkan terjadi persaingan yang sehat antar mahasiswa Dik dan Nondik. Hasil dan persaingan ini pada gilirannya  akan meningkatkan kualitas tamatan baik dan Dik maupun Nondik.
  4. Mulai tahun ajaran 2000/2000 penyelenggaraan pendidikan di UNIMED dalam program kependidikan dan non kependidikan dilaksanakan dengan mengacu pada format kurikulum bersama untuk bobot enam semester yang dinamai “Kurikulum Bersama Enam Semester Program Non kependidikan dan Kependidikan” yang telah dimulai pada tahun ajaran 2000/2001. Dengan format seperti ini diharapkan akan terjadi peningkatan mutu lulusan pada kedua jurusan/program studi terutama pada peserta program kependidikan (Sarjana/S.Pd) karena mempunyai kemampuan bidang ilmu yang sama dengan peserta program non kependidikan (Sarjana Sains/S.Si).
  5. Unimed mengelola 7 (tujuh) Fakultas dan 1 (satu) Program Pascasarjana terdiri dan : 1) Fakultasn Ilmu Pendidikn (FIP), 2) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), 3) Fakultasb Ilmu Sosial (FIS), 4) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Aalam (FMIPA), 5) Fakultas Teknik (FT), 6) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK),  7). Fakultas Ekonomi (FE), 8) Program 

Sejarah USU

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan  tinggi  Kedokteran. Setelah  kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba.

Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengandua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita.

Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan (1956),dan Fakultas Pertanian (1956).

Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh.

Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2006), dan Fakultas Psikologi (2007), serta Fakultas Keperawatan (2009).

Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999) yang semula adalah Politeknik USU.

Kampus USU berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus USU Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan tenaga pendidik.

Sejarah UMSU


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara disingkat dengan UMSU merupakan salah satu dari lembaga pendidikan milik persyarikatan Muhammadiyah, berfungsi menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. UMSU merupakan perguruan tinggi swasta mitra pemerintah dalam memajukan sektor pendidikan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul, menjadi bangsa yang bermartabat, dan memiliki kedudukan sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 29 Februari 1957 atas prakarsa beberapa tokoh ulama Muhammadiyah diantara H.M. Bustami Ibrahim, D. Diyar Karim, Rustam Thayib, M. Nur Haitami, Kadarrudin Pasaribu, Dr. Darwis Datuk Batu Besar, H. Syaiful U.A., Abdul Mu̢۪thi dan Baharuddin Latif.

Cikal bakal UMSU bermula dari lahirnya Fakultas Falsafah dan Hukum Islam Muhammadiyah (FAFHIM) yang kemudian berkembang menjadi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) Sumatera Utara pada tahun 1968, dengan mengasuh 3 falkultas yakni : Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), fakultas Ilmu Agama Jurusan Dakwah (FIAD), dan Fakultas Syariah. Pada awalnya berdirinya FIP UMSU merupakan cabang/kelas jauh dari FIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kemudian tahun 1974 memisahkan diri dan berdiri sendiri. Sedangkan FIAD yang bercabang ke Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat berdiri sendiri dengan mengubah nama menjadi Fakultas Ushuluddin.

UMSU dewasa ini merupakan tindak lanjut dari pengembangan PTM yang dikukuhkan dengan Piagam Pendirian oleh PP Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran Nomor 2661/0/07/1974 tanggal 28 Mei 1974.

Dalam tahap pengembangannya UMSU juga berhasil memprakarsai lahirnya beberapa Sekolah Tinggi Muhammadiyah, seperti:

(1) STIH dan STISIP kemudian setelah mendapat SK terdaftar dari Mendikbud RI berubah menjadi Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS) di Padang Sidempuan.

(2)Â  STIE Muhammadiyah Asahan di Kisaran.

Saat ini UMSU adalah perguruan tinggi swasta yang memiliki mahasiswa terbesar di Pulau Sumatera. UMSU pada tahun 2005/2006 memiliki mahasiswa sebanyak 11.751 orang yang terdistribusi ke dalam 7 buah fakultas, diantaranya Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Agama Islam.

Panorama Kota Sibolga

Kota Sibolga adalah salah satu kota di provinsi Sumatera UtaraIndonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa.





Sebuah Kota kelahiran saya, yang memiliki keindahan alam yang masih bayak belum di ketahui orang banyak.

Pantai, Laut dan Gunung adalah Keindahan Utama kota kelahiran saya ini. Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa, perdagangan dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain, kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri.

Tidak panjang lebar  saya akan memaparkan keindahan kota kelahiran saya yang pertama :

LAUT SIBOLGA
Laut Sibolga yang masih jerni dan belu tercemar oleh sampah 


Sibolga Yang banyak memiliki pulau- pulau kecil dan keindahan pantai di pulau tesebut sebagai object wisata yang indah.



Dan Ini lah Yang di namakan Pulau Situngkus, yang bentuk pulau nya Segitiga jarak pulau ini dari daratan sibolga sekitar 45 menit .





Dan Air terjun ini terletak di Pulau Mursala anda akan menemukan nya di Film Mursala yang asli mempertunjukan panorama Sibolga Tapanuli Tengah

Teluk Sibolga  

Salah Saatu Hotel Wisata di sibolga yang terletak di pinggiran pantai sibolga Nama nya Hotel Wisata Indah

Masih banyak lagi keindahan sibolga yang belum saya share, Mungkin di postingan selanjutn nya saya akan membahasa Masakan Sibolga, yang Rasa nya slalu membuat ketagihan .


Daftar Universitas Di Sumater Utara

Daftar Universitas Di Sumater Utara
Daftar Universitas Di Sumater Utara
Berikut adalah Daftar perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara, yang pembinaannya berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Daftar ini tidak termasuk Perguruan Tinggi Islam Swasta, yang pembinaannya berada di bawaKementerian Agama.

UNIVERSITAS
Berikut daftar Universitas yang terakreditas di Provinsi Sumatera Utara : 
  • Universitas Amir HamzahKota Medan
  • Universitas AsahanKisaran (Kabupaten Asahan)
  • Universitas Cut Nyak DhienKota Medan
  • Universitas Darma AgungKota Medan
  • Universitas Dharma WangsaKota Medan
  • Universitas Graha NusantaraPadang Sidempuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)
  • Universitas HKBP NommensenKota Medan
  • Universitas Al-Washliyah Labuhan BatuRantau Prapat (Kabupaten Labuhanbatu)
  • Universitas Islam Labuhan BatuRantau Prapat (Kabupaten Labuhanbatu)
  • Universitas Islam Sumatera UtaraKota Medan
  • Universitas Quality,(Medan)
  • Universitas Katolik Santo ThomasKota Medan
  • Universitas Medan AreaKota Medan
  • Universitas Methodist IndonesiaKota Medan
  • Universitas Muhammadiyah Sumatera UtaraKota Medan
  • Universitas Muhammadiyah Tapanuli SelatanPadang Sidempuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)
  • Universitas Muslim Nusantara Al-WasliyahKota Medan
  • Universitas Pembangunan Panca BudiKota Medan
  • Universitas Pembinaan Masyarakat IndonesiaKota Medan
  • Universitas Preston IndonesiaKota Medan
  • Universitas Prima IndonesiaKota Medan
  • Universitas Si Singamangaraja XIIKota Medan
  • Universitas Sisingamangarja XII Silangit Siborongborong Tapanuli Utara (UNITA), SiborongborongTapanuli Utara
  • Universitas SimalungunKota Pematangsiantar
  • Universitas Tri KaryaKota Medan
  • Universitas Sari Mutiara Indonesia , Kota Medan
Sekolah Tinggi
Berikut daftar Sekolah Tinggi  yang terakreditas di Provinsi Sumatera Utara : 
  • Sekolah Tinggi Bahasa Asing Harapan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Bahasa Asing Swadaya, Kota Medan
  • STAI Al-Hikmah, Kota Tanjung Balai
  • Sekolah Tinggi Ekonomi Teladan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Filsafat Theologi S Nusantara, Kota Pematangsiantar
  • Sekolah Tinggi Hukum YNI, Kota Pematangsiantar
  • Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing ITMI, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Al-Hikmah, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Benteng Huraba, Padang Sidempuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Graha Kirana, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Labuhan Batu, Rantau Prapat (Kabupaten Labuhanbatu)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah, Kisaran (Kabupaten Asahan)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Swadaya, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Deli Husada, Deli Tua (Kabupaten Deli Serdang)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra, Lubuk Pakam (Kabupaten Deli Serdang)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Indonesia, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Medan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Medan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Labuhan Batu, Rantau Prapat (Kabupaten Labuhanbatu)
  • Sekolah Tinggi Olahraga Dan Kesehatan Bina Guna, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Perikanan Dan Kelautan Sibolga, Kota Sibolga
  • Sekolah Tinggi Pertanian Benteng Huraba, Padang Sidempuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)
  • Sekolah Tinggi Teknik Graha Kirana, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Teknik Industri Glugur, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Teknik Poliprofesi, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Teknologi Harapan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Teknologi Sinar Husni, ? (Kabupaten Deli Serdang)
  • STIE A&B, Kota Medan
  • STIE Al-Washliyah, Kota Sibolga
  • STIE Benteng Huraba, Padang Sidempuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)
  • STIE Bina Karya, Kota Tebing Tinggi
  • STIE Graha Kirana, Kota Medan
  • STIE Harapan, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI, Kota Medan
  • STIE IBMI, Kota Medan
  • STIE International Business Management Indonesia, Kota Medan
  • STIE ITMI, Kota Medan
  • STIE Labuhan Batu, Rantau Prapat (Kabupaten Labuhanbatu)
  • STIE LM Immanuel Indonesia, Kota Medan
  • STIE Mars, Kota Pematangsiantar
  • STIE Muhammadiyah, Kisaran (Kabupaten Asahan)
  • STIE Nusa Bangsa, Kota Medan
  • STIE Pembangunan, Gunung Sitoli (Kabupaten Nias)
  • STIE Riama, Kota Medan
  • STIE Sultan Agung, Kota Pematangsiantar
  • STIE Surya Nusantara, Kota Pematangsiantar
  • STIE Swadaya, Kota Medan
  • STIE Taman Harapan, Kota Medan
  • STIE Tricom, Kota Medan
  • STIE YP Kampus, Padang Sidempuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)
  • STKIP Budi Daya, Kota Binjai
  • STKIP Labuhan Batu, Rantau Prapat (Kabupaten Labuhanbatu)
  • STKIP Pelita Bangsa, Kota Binjai
  • STKIP Riama, Kota Medan
  • STKIP Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan (Kabupaten Tapanuli Selatan)
  • STKIP Teladan, Kota Medan
  • STKIP SANTA MARIA, [Kota Sibolga]]
  • STMIK Budi Darma, Kota Medan
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI, Kota Medan
  • STMIK IBSU, Kota Medan
  • STMIK Kaputama, Kota Binjai
  • STMIK Logika, Kota Medan
  • STMIK Medan Putri, Kota Medan
  • STMIK Mikroskil, Kota Medan
  • STMIK Potensi Utama, Kota Medan
  • STMIK Si Singamangaraja XII, Kota Medan
  • STMIK Time, Kota Medan