KAMISTA, Nama
yang tidak sengaja aku mengenalnya. Berawal dari tindakanku tuk menyapa saudara
sepupuku ketika lewat di Halte kampus UIN SU. Tatkala itu, dia sedang berbicara
dengan seorang lelaki yang membawa selebaran kertas. Adik Sepupuku lalu
memanggilku, Ia memberitahukan kepada lelaki itu bahwa aku juga orang Sibolga.
Ternyata lelaki ini adalah anggota organisasi yang bernama “Kamista”, “Kesatuan
Aksi Mahasiswa Sibolga-Tapteng”. Ia mengajakku untuk mengikuti acara yang
dibuat oleh Kamista yaitu Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) III.
Aku lalu
teringat pada seseorang yang pernah mengajakku untuk membentuk organisasi
sejenis ini. Seminggu yang lalu, Ia sempat ingin mengajak kumpul mahasiswa UIN
SU yang berasal dari Sibolga dengan abangan yang bernama James.
Kulihat kertas
itu, dan langsung kukatakan kalau aku bersedia untuk ikut dalam pengkaderan
tersebut. Namun, tatkala itu, aku sempat berfikir untuk membatalkannya karena
adanya jadwal kuliah di hari Jum’at. Abang yang bernama James itu lalu memberiku
solusi, Ia akan memberikanku surat izin untuk kuberikan ke dosen yang akan
masuk di hari Jum’at itu.
![]() |
Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) III |
Di hari
Kamisnya, aku bertemu dengan kawan SMA-ku, ku ajak dia untuk ikut dalam
pengkaderan ini. Tapi Sayang, Dia sudah punya jadwal yang tidak mungkin
ditinggalkannya. Jadwal hari ini yang kufikir akan boleh pulang cepat untuk mengikuti
pengkaderan itu, tiba-tiba mendadak ada dosen yang meminta ganti jadwal di sore
hari. Ketika itu, aku sempat putus asa dan berfikir untuk batal mengikuti
pengkaderan itu. Pada saat itu, Rudi, kawan lesku ketika di Sibolga dulu bertanya
padaku apakah aku ikud atau tidak. Aku lalu membalas pesan singkat itu dengan,
“munak sajolah, ambo ndak bisa hariko kawan,”
Sesampainya
dikos, jam menunjukkan pukul setengah lima Sore. Sms dari sepupuku Hikmah tiba-tiba
masuk, “Kak, ala dimano? Kami ala
manunggu ikko dimukko Unimed,” aku tak menyangka, aku masih ditunggui dari jam
tiga sampai jam setengah lima ini. Dari situ, kususun semua perlengkapan untuk
4 hari 3 malam berada di tempat pengkaderan. Aku lalu sampai di depan unimed
pada pukul 5 lewat.
Kami langsung
berangkat ketika aku sampai. Ternyata, mereka hanya menungguku. Aku sedikit
tidak enak hati, sebab gara-gara aku angkot yang menuju ke jalan Gatsu telah
habis. Tapi, mereka kelihatan tidak begitu kecewa, tampak di wajah mereka
kesenangan akan berkumpul dengan orang-orang yang berasal dari daerah yang sama
seperti mereka. Aku pun diajak bicara oleh pria muda yang ternyata adalah adik
kelasku di SMA dulu. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengannya di negeri
perantauan ini. Suasana angkot diramaikan oleh candaan dari Masni. Suasana
bosan diangkot pun terhapuskan.
Dengan ditemani
oleh salah satu kader Kamista yang bernama Jamaluddin Tanjung, Kami pun tiba di
jalan Gatot Subroto, tempat diadakannya pengkaderan, pada sekitar pukul tujuh.
Setelah registrasi, kami langsung dipersilahkan untuk Istrahat dan bersiap-siap
untuk mengikuti acara pembukaan.
Acara
pembukaanpun dimulai, semua peserta dan panitia memasuki forum. Peserta
pengkaderan ini lumayan banyak. Berasal dari berbagai perguruan tinggi yang ada
di kota Medan. Kudapati dua orang teman SMA-ku di forum itu. Kamipun sama-sama
melemparkan senyuman. Pada saat itu aku merasa sangat senang, karena bisa
bertemu dengan mereka.
“Selamat
datang wahai dusanak ambo,” kalimat yang terlontar dari sambutan ketua umum
organisasi yang bernama Willy Saputa Silitonga ini, membuatku seakan berada di
Sibolga. Bahasa pesisir acapkali keluar dari
mulut pemimpin ini. Ia juga turut menyampaikan kata kirim salam walikota
Sibolga yang berhalangan hadir pada saat itu. Ternyata organisasi ini sudah
dikenal oleh walikota Sibolga. Mungkin karena selama perjalanan organisasi ini,
ternyata sudah banyak kegitan yang sudah dilaksanakan oleh organisasi ini.
Seperti Membuat Seminar Ujian Nasional di Sibolga, mengadakan pertandingan
sepak bola antar SMA di Sibolga, Seminar Kebudayaan sekaligus pelantikan, diunjuk pemerintah Sibolga sebagai panitia
malam tahun baru, dll.
Selama
mengikuti pengkaderan ini, kami diajari banyak hal. Mulai dari disadarkan
tentang hakekat seorang mahasiswa, diberitahukan tentang sulitnya membangun
suatu organisasi, cara memanajemen organisasi, diajarkan materi tentang
beretorika, kepemimpinan, tata tertib dalam persidangan hingga praktek langsung
memimpin dan mengikuti persidangan.
Sebelum
dihadapkan pada materi-materi tersebut, tentunya kami berorientasi terlebih
dahulu. Selain diperkenalkan mengenai profil dan sistem yang ada di Kamista,
kami juga diinstruksikan untuk memperkenalkan diri sendiri melalui alur cerita.
Ketika itu kami juga ditanya perihal tujuan kami mengikuti acara yang bernama
Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) itu, kami diminta untuk menyepakati bersama
jawaban-jawaban yang kami kemukakan. Kamipun mendapatkan kesepakatan itu, tujuan kami mengikuti acara ini adalah menjalin
silaturahmi antar mahasiswa Sibolga-Tapteng, menambah pengetahuan dan ilmu
pengembangan, menjadi kader pewujud cita-cita dan visi misi kamista,
mengembalikan jati diri sebagai putera daerah Sibolga-Tapteng, dan yang
terakhir adalah mengembalikan jati diri daerah. Tujuan-tujuan itu kufikir
sangat masuk akal sebagai putra daerah Sibolga-Tapteng.
Setelah
Orientasi, kami pun diminta untuk membuat dan menyepakati kontrak belajar.
Kontrak belajar itu seperti kontrak belajar saat pertemuan pertama dengan dosen
kuliah. Kontrak belajar yang kami buat adalah tidak boleh merokok di ruangan, toleransi
keterlambatan lima menit, berpakaian rapi di dalam forum, berpakaian rapi di
dalam forum, Handphone di Silent-kan, izin keluar dimohonkan
kepada fasilitator, dan yang terakhir adalah menjaga kebersihan ruangan. Itulah
kontrak belajar, alias peraturan yang kami buat. Dan jika dilanggar, ada
sangsinya juga, Yaitu duduk di meja pesakitan dan membersihkan ruangan.
Selain
penyajian materi, dalam PKTN III ini kami juga disarankan untuk membuat konsep
hidup dan visi misi hidup. Aku terkesan dengan saran ini, sebab dengan
menuliskan konsep dan visi misi itu, aku menjadi tahu tentang pentingnya
mengenal diri sendiri, pentingnya memperjelas visi misi dalam hidup, dan fokus
terhadap tujuan yang akan kita capai selama hidup.
Selama disini,
kami juga diberi kesempatan berolahraga dan bermain. Mulai dari permainan “Jika
Maka”, permainan “menghafal nama dan uji konsentrasi”, dll. Selain permainan,
kami juga diinstruksikan untuk menulis dan menempelkan harapan-harapan kami di
pohon harapan yang telah dibuat oleh panitia. Ini adalah hal yang unik dan
mengagumkan bagiku.
Selain
Mempraktekkan langsung persidangan, acara yang paling seru bagiku adalah acara
pada malam ketiga. Acaranya yaitu perdebatan mengenai pacaran dan selingkuh
yang dibagi dalam 2 grup, grup pro dan grup kontra. Disini, banyak pengetahuan
baru yang kami dapatkan. Mulai dari cara mempertahankan argumen, cara berbicara
supaya orang bisa yakin terhadap pendapat kita, dll. Di akhir malam sebelum
tidur, kami juga saling bertukar kontak dan kesan pesan kepada seluruh peserta
dan sebagian panitia.
Tibalah di hari
Akhir, kami diinstruksikan untuk membuat Rencana Kerja Tingkat Lanjut (RKTL).
RKTL ini berisi rencana-rencana yang akan kami buat selama setahun ke depan
sebagai kader baru. Di malam harinya, tibalah acara penutupan. Penutupan
diakhiri dengan Foto Bersama.
Inilah
pengalamanku selama mengikuti acara Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) ini.
Banyak hal-hal yang unik, yang tidak ku dapatkan di luar sana. Rasa
kekeluargaan yang erat, menikmati santapan makanan Sibolga, berbahasa Sibolga,
membicarakan persoalan-persoalan yang ada di Sibolga-Tapteng, menambah rasa
cintaku terhadap kampung halamanku. Dengan bergabung menjadi bagian dari
kamista, selama berada di Medan, rasa rindu terhadap kampung halamanku
berkurang. Terima kasih Kamista, telah hadir di dalam Hidupku. Sekianlah cerita
dariku, aku menunggu kehadiran kader-kader selanjutnya.
Oleh: Chusni
Syukriani Pasaribu, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utrara, Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris.
amazing...
BalasHapus