PB KAMISTA: Mei 2015
Kabar Terbaru
Loading...

Sejarah IAIN Sumatera Utara

Sejarah IAIN Sumatera Utara
Logo  IAIN Sumatera Utara
Berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Indonesia berlandaskan pada Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 tanggal 9 Mei 1960 di Yogyakarta dengan nama Al-Jami;ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah. Perwujudan IAIN merupakan gabungan dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang berkedudukan di Jakarta.
Kehadiran IAIN merupakan tuntutan kebutuhan dasar umat Islam dalam upaya mengembangkan syi'ar agama melalui wadah perguruan tinggi yang lebih profesional, yakni perguruan tinggi Islam negeri yang sekaligus diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menyiapkan sumber daya insani dan ahli Agama Islam.
IAIN Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1973 di Medan, dilatar belakangi dan didukung oleh beberapa faktor pertimbangan objektif. Pertama, Perguruan Tinggi Islam yang berstatus Negeri pada saat itu belum ada di Provinsi Sumatera Utara, walaupun Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta memang sudah ada. Kedua, pertumbuhan pesantren, madrasah dan perguruan-perguruan agama yang sederajat dengan SLTA di daerah Sumatera Utara tumbuh dan berkembang dengan pesatnya, yang sudah tentu memerlukan adanya pendidikan lanjutan yang sesuai, yakni adanya Perguruan Tinggi Agama Islam yang berstatus Negeri.
Dalam suasana yang demikian, timbullah inisiatif Kepala Inspeksi Pendidikan Agama Propinsi Sumatera Utara yang saat itu dijabat oleh H. Ibrahim Abdul Halim beserta dengan teman-temannya untuk mendirikan Fakultas Tarbiyah di Medan. Usaha ini terwujud dengan terbentuknya suatu Panitia Pendirian Fakultas Tarbiyah Persiapan IAIN yang diketuai oleh Letkol. Raja Syahnan, pada tanggal 24 Oktober 1960. Sejalan dengan berdirinya Fakultas Tarbiyah Persiapan IAIN Medan, Yayasan K.H. Zainul Arifin (milik Nahdlatul Ulama) membuka Fakultas Syari�ah pada tahun 1967. Keinginan untuk mewujudkan Fakultas Syari�ah Negeri, prosesnya sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Medan, yaitu dengan mengajukan surat permohonan Nomor 199/YY/68 tanggal 20 Juni 1968 kepada Menteri Agama RI di Jakarta.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Menteri Agama RI mengambil kebijaksanaan dengan menyatukan Panitia Penegerian Fakultas Tarbiyah yang telah ada, dengan Panitia Penegerian Fakultas Syari�ah. Akhirnya,penegeriannya sama-sama dilakukan pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 1968 M. bertepatan dengan tanggal 20 Rajab 1389 H, oleh Menteri Agama RI K.H. Moh. Dahlan, bertempat di Aula Fakultas Hukum USU Medan, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, pembesar sipil dan militer serta Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dalam acara tersebut, Drs. Hasbi AR dilantik sebagai Pj. Dekan Fakultas Tarbiyah, dan H. T. Yafizham, SH sebagai Pj. Dekan Fakultas Syari�ah dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 224 dan 225 Tahun 1968. Walaupun sejak tanggal 12 Oktober 1968 Menteri Agama RI telah meresmikan 2 (dua) buah Fakultas, yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari�ah sebagai Fakultas Cabang dari IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, namun semangat dan tekad untuk memperoleh IAIN yang berdiri sendiri di Medan tetap menjadi idaman setiap warga masyarakat, organisasi-organisasi agama, organisasi pemuda dan mahasiswa terutama dari pimpinan IAIN Cabang Medan.
Respons dari pihak Pemerintah Daerah dan Departemen Agama RI untuk memenuhi keinginan dalam mewujudkan suatu IAIN penuh dan berdiri sendiri di Medan, ditindaklanjuti dengan mempersiapkan gedung-gedung kuliah, perpustakaan, tenaga administrasi, tenaga dosen serta sarana-sarana perkuliahan lainnya. Embrio Fakultas-fakultas di lingkungan IAIN Sumatera Utara bukan hanya muncul di Medan, melainkan juga di Padangsidimpuan ibukota Tapanuli Selatan. Gagasan mendirikan perguruan tinggi Islam di daerah ini telah muncul sejak tahun 1960, yang didorong oleh perkembangan masyarakatnya yang religius dan mempunyai banyak pesantren dan madrasah tingkat Aliyah. Pada tanggal 17 Juni 1960 diadakan musyawarah antara tokoh-tokoh masyarakat dengan para Ulama di Padangsidimpuan. Kemudian pada bulan September 1960 didirikanlah Sekolah Persiapan Perguruan Tinggi Agama Islam Tapanuli Selatan. Sekolah ini dipimpin oleh Syekh Ali Hasan Ahmad sebagai Dekan, Hasan Basri Batubara sebagai Wakil Dekan dan Abu Syofyan sebagai Sekretaris. Perkuliahan dilaksanakan di gedung SMP Negeri II Padangsidempuan. Sekolah ini hanya berjalan selarna 10 bulan karena kekurangan dana dan kesulitan lainnya. Namun gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi Islam tidak hilang begitu saja. Pada tahun 1962 didirikanlah Yayasan Perguruan Tinggi Nandlatul Ulama (PERTINU) dengan Akte Notaris Rusli di Medan. Kegiatan Yayasan ini pertama sekali membuka Fakultas Syari'ah, kemudian disusul dengan pembukaan Fakultas Tarbiyah pada tahun 1963 dan Fakultas Ushuluddin pada tahun 1965. Dekan pertama Fakultas Ushuluddin adalah Al Ustadz Arsyad Siregar sedangkan kegiatan perkuliahan dimulai pada bulan Oktober 1965 dengan jumlah mahasiswa 7 orang. Sarana dan fasilitas perkuliahan masih menompang di gedung SMPN 11 Padang Sidempuan dan kantor sekretariat di rumah Syekh Ali Hasan Ahmad, salah satu pengurus Yayasan PERTINU.
Setelah PERTINU mendirikan tiga fakultas, kalangan Pengurus NU Tapanuli Selatan meningkatkan status perguruan tinggi yang diasuhnya dari perguruan tinggi Islam menjadi universitas. Lalu dibentuklah Universitas Nahdlatul-Ulama Sumatera Utara (disingkat; UNUSU) di bawah yayasan baru bernama Yayasan UNUSU. Rektor Pertama UNUSU adalah Syekh Ali Hasan Ahmad. Pada tahun 1967 Yayasan UNUSU mengajukan permohonan kepada Menteri Agama agar Fakultas Tarbiyah dapat dinegerikan. Berdasarkan SK Menteri Agama Nomor: 110 Tahun 1968 Fakultas Tarbiyah UNUSU resmi menjadi Fakultas Tarbiyah Cabang IAIN Imam Bonjol Padang. Keberhasilan menegerikan Fakultas Tarbiyah, kemudian Yayasan UNUSU terdorong untuk menngusulkan peegerian Fakultas Ushuluddin dan kemudian mendapat persetujuan dari Menteri Agama dengan SK Nomor: 193 Tahun 1970 dengan perubahan status menjadi Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Cabang Padangsidempuan. Pada upacara peresmiannya 24 September 1970. Al Ustadz Arsyad Siregar dinobatlan sebagai Pejabat Dekan. Usaha untuk memiliki PTAIN yang berdiri sendiri di Medan terus dilaksanakan.
Tetapi jika hanya mengandalkan Fakultas Syariah dan Tarbiyah Cabang Ar-Raniry yang sudah ada tidak memenuhi syarat, karena harus ada minimal 3 fakultas. Karena itu diusahakanlah penggabungan kedua fakultas yang ada dengan dua fakultas lain yang ada di Padangsidimpuan. Usaha ini berhasil dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 97 Tahun 1973 tanggal 19 Nopember 1973. Demikianlah, tepat pada pukul 10.00 Wib, hari Senin, 24 Syawal 1393 H, bertepatan tanggal 19 Nopember 1973 M, IAIN Sumatera Utara pun akhirnya diresmikan, yang ditandai dengan Pembacaan Piagam Pendirian oleh Menteri Agama RI Prof. Dr. H. Mukti Ali, MA. Sejak saat itu pula resmilah Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari�ah IAIN Ar-Raniry yang ada di Medan serta Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol yang ada di Padangsidimpuan menjadi IAIN Sumatera Utara. Sementara Fakultas Ushuluddin yang semula berdomisili di Padangsidimpuan dipindahkan ke Medan yang dilaksanakan pada tahun 1974 berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 9 Tahun 1974 tanggal 18 Februari 1974. Keadaan ini berlangsung 14 tahun, sampai kemudian pada tahun 1987 dibuka fakultas baru, yaitu Fakultas Dakwah. Sejak itu IAIN Sumatera Utara mengasuh 5 Fakultas, yakni Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari�ah, Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Dakwah di Medan, dan Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara Cabang Padangsidimpuan. Dalam perkembangan selanjutnya pada Tahun Akademik 1994/1995 dibuka pula Program Pascasarjana (PPS) setingkat strata dua (S2) Program Studi Dirasah Islamiyah.
Pada awalnya Pascasarjana melaksanakan kegitan kuliah di Kampus IAIN Jalan. Sutomo Medan, tetapi kemudian pada tahun 1998 dibangun kampus baru di Pondok Surya Helvetia Medan. Sekarang PPS sudah mengasuh 6 (enam) Program Studi S2 (Pemikiran Islam, Pendidikan Islam, Hukum Islam, Komunikasi Islam, Ekonomi Islam, dan Tafsir Hadis), serta 3 Program Studi S3, yaitu Hukum Islam (2006), Pendidikan Islam (2007), dan Agama & Filsafat Islam (2007). Selanjutnya pada tahun 1997, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) bagi Fakultas-Fakultas cabang IAIN se-Indonesia, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara cabang Padangsidimpuan turut pula beralih status menjadi STAIN Padangsidimpuan sebagai Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang berdiri sendiri. Perkembangan dan kemajuan dalam bidang akademik tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan di bidang administrasi dan kepegawaian.
Setelah peresmian IAIN Sumatera Utara, pimpinan menetapkan kebijaksanaan dalam bidang ketatausahaan yang bertujuan untuk memusatkan beberapa bidang kegiatan administrasi di kantor pusat IAIN Sumatera Utara agar setiap fakultas dan unit lainnya dapat lebih memfokuskan diri dalam peningkatan kualitas akademik. Kebijaksanaan tersebut dituangkan dalam Keputusan Rektor Nomor 22 tahun 1974. Kebijaksanaan tersebut tentu saja terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan perkembangan yang terjadi. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 24 Tahun 1988, IAIN Sumatera Utara mempunyai sebuah biro, yaitu Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan. Biro ini membawahi enam bagian, yaitu: (1) Bagian Akademik dan Kemahasiswaan; (2) Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi, (3) Bagian Keuangan; (4) Bagian Kepegawaian; (5) Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga, dan (6) Bagian Administrasi Bina PTAIS
Bersamaan dengan hal itu, sesuai dengan statuta sebagai Keputusan Menteri Agama No. 487 tahun 2002, IAIN Sumatera Utara memiliki beberapa Unit Pelaksana Teknis, yaitu: (1) Pusat Penelitian; (2) Pusat Pengabdian kepada Masyarakat; (3) Perpustakaan; (4) Pusat Komputer; (5) Pusat Pembinaan Bahasa; dan (6) Unit Peningkatan Mutu Akademik. Sekarang, dengan keluarnya Statuta tahun 2008, Pusat Penelitian sudah dirubah menjadi Lembaga Penelitian dengan menaungi 4 Pusat Penelitian, dan dan Pusat Pengabdian kepada Masyarakat dinaikkan statusnya menjadi Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Untuk mendukung dan mengembangkan misi IAIN Sumatera Utara, baik ke dalam maupun keluar, Pimpinan IAIN Sumatera Utara membentuk berbagai Lembaga Non-Struktural.
Saat ini tidak kurang dari 10 Lembaga Non-Struktural yang aktif melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan IAIN Sumatera Utara. Lembaga-lembaga dimaksud ialah: (1) Pusat Studi Wanita; (2) Pusat Informasi dan konseling HIV/Aids latHIVa; (3) Badan Dakwah dan Pembinaan Sumber Daya Masyarakat; (4) Pusat Layanan Bimbingan Konseling; (5) Pusat Informasi Kerja dan Usaha Mandiri; (6) Pusat Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup; (7) Forum Pengkajian Ekonomi dan Perbankan Islam; (8) IAIN Press; (9) Pusat Layanan Psikologi; (10) Pusat Konseling Keluarga Fakultas Dakwah. Selain itu, sejumlah lembaga yang berperan dalam peningkatan kesejahteraan dan sosial yang ikut berkiprah dalam memajukan IAIN Sumatera Utara, antara lain: (1) Bank Perkreditan Rakyat Syari�ah (BPRS) � Pudu Arta Insani�; (2) Ikatan Alumni IAIN Sumatera Utara; (3) Koperasi Pegawai Republik Indonesia; (4) Korpri; (5) Dharma Wanita Persatuan; dan (6) Badan Wakaf.

Ingin Menjadi Kader PB KAMISTA

Pengurus Besar Kesatuan Aksi Mahasiswa Sibolga Tapanuli Tengah atau PB KAMISTA, tidak asing lagi bukan nama tersebut. Kabar gembira pada tahun ini 2015 PB KAMISTA mengadakan program setiap tahun nya yaitu Pelatihan Kader Tunas Nauli yang Ke-IV atau pengkaderan anggota 2015 . 

Dengan program tersebut kami PB KAMISTA mengajak kepada seluruh Mahasiswa/i yang berdomisili di Kota Medan dan  berasal dari Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah untuk bergabung dalam sebuah wadah organisasi Kekeluargaan Kesatuan Aksi Mahasiswa Sibolga Tapanuli tengah. Acara  akan dilaksanakan pada tanggal: 4-7 Juni 2015. Adapun syaratnya sebagai berikut :
  1. Mahasiswa aktif di perguruan tinggi baik PTN atau PTS Kota Medan
  2. Asli putra / putri daerah Sibolga dan Tapanuli tengah atau berdomisili di kota Sibolga dan Tapanuli tengah
Adapun Event-Event yang pernah dilaksanakan oleh PB Kamista yaitu:
  1. Membuat Seminar Ujian Nasional di Sibolga,
  2. Mengadakan pertandingan sepak bola antar SMA se-Sibolga-Tapteng setiap tahunnya.
  3. Membuat Seminar Kebudayaan sekaligus pelantikan Kamista
  4. Panitia malam tahun baru di Lapangan Simare-mare kota Sibolga.
  5. Dan Lain Sebagainya.
Segera Daftarkan Diri Anda, sebagai Putera-Puteri Daerah Sibolga-Tapteng, Mari bersama memajukan Kota Sibolga dan Tapanuli tengah.

Kontak Person:
Hamzah (082166992328)
Chusni (087868638998)

Facebook : Pb Kamista
Twitter : @Pb Kamista
Website : www.pbkamista.tk 

Kamista Pelepas Rasa Rindu Kampung Halaman

KAMISTA, Nama yang tidak sengaja aku mengenalnya. Berawal dari tindakanku tuk menyapa saudara sepupuku ketika lewat di Halte kampus UIN SU. Tatkala itu, dia sedang berbicara dengan seorang lelaki yang membawa selebaran kertas. Adik Sepupuku lalu memanggilku, Ia memberitahukan kepada lelaki itu bahwa aku juga orang Sibolga. Ternyata lelaki ini adalah anggota organisasi yang bernama “Kamista”, “Kesatuan Aksi Mahasiswa Sibolga-Tapteng”. Ia mengajakku untuk mengikuti acara yang dibuat oleh Kamista yaitu Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) III.
Aku lalu teringat pada seseorang yang pernah mengajakku untuk membentuk organisasi sejenis ini. Seminggu yang lalu, Ia sempat ingin mengajak kumpul mahasiswa UIN SU yang berasal dari Sibolga dengan abangan yang bernama James.

Kulihat kertas itu, dan langsung kukatakan kalau aku bersedia untuk ikut dalam pengkaderan tersebut. Namun, tatkala itu, aku sempat berfikir untuk membatalkannya karena adanya jadwal kuliah di hari Jum’at. Abang yang bernama James itu lalu memberiku solusi, Ia akan memberikanku surat izin untuk kuberikan ke dosen yang akan masuk di hari Jum’at itu.

Kamista
Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) III
Di hari Kamisnya, aku bertemu dengan kawan SMA-ku, ku ajak dia untuk ikut dalam pengkaderan ini. Tapi Sayang, Dia sudah punya jadwal yang tidak mungkin ditinggalkannya. Jadwal hari ini yang kufikir  akan boleh pulang cepat untuk mengikuti pengkaderan itu, tiba-tiba mendadak ada dosen yang meminta ganti jadwal di sore hari. Ketika itu, aku sempat putus asa dan berfikir untuk batal mengikuti pengkaderan itu. Pada saat itu, Rudi, kawan lesku ketika di Sibolga dulu bertanya padaku apakah aku ikud atau tidak. Aku lalu membalas pesan singkat itu dengan, “munak sajolah, ambo ndak bisa hariko kawan,”

Sesampainya dikos, jam menunjukkan pukul setengah lima Sore. Sms dari sepupuku Hikmah tiba-tiba masuk,  “Kak, ala dimano? Kami ala manunggu ikko dimukko Unimed,” aku tak menyangka, aku masih ditunggui dari jam tiga sampai jam setengah lima ini. Dari situ, kususun semua perlengkapan untuk 4 hari 3 malam berada di tempat pengkaderan. Aku lalu sampai di depan unimed pada pukul 5 lewat.

Kami langsung berangkat ketika aku sampai. Ternyata, mereka hanya menungguku. Aku sedikit tidak enak hati, sebab gara-gara aku angkot yang menuju ke jalan Gatsu telah habis. Tapi, mereka kelihatan tidak begitu kecewa, tampak di wajah mereka kesenangan akan berkumpul dengan orang-orang yang berasal dari daerah yang sama seperti mereka. Aku pun diajak bicara oleh pria muda yang ternyata adalah adik kelasku di SMA dulu. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengannya di negeri perantauan ini. Suasana angkot diramaikan oleh candaan dari Masni. Suasana bosan diangkot pun terhapuskan.

Dengan ditemani oleh salah satu kader Kamista yang bernama Jamaluddin Tanjung, Kami pun tiba di jalan Gatot Subroto, tempat diadakannya pengkaderan, pada sekitar pukul tujuh. Setelah registrasi, kami langsung dipersilahkan untuk Istrahat dan bersiap-siap untuk mengikuti acara pembukaan.
Acara pembukaanpun dimulai, semua peserta dan panitia memasuki forum. Peserta pengkaderan ini lumayan banyak. Berasal dari berbagai perguruan tinggi yang ada di kota Medan. Kudapati dua orang teman SMA-ku di forum itu. Kamipun sama-sama melemparkan senyuman. Pada saat itu aku merasa sangat senang, karena bisa bertemu dengan mereka.

Selamat datang wahai dusanak ambo,” kalimat yang terlontar dari sambutan ketua umum organisasi yang bernama Willy Saputa Silitonga ini, membuatku seakan berada di Sibolga. Bahasa pesisir acapkali keluar dari  mulut pemimpin ini. Ia juga turut menyampaikan kata kirim salam walikota Sibolga yang berhalangan hadir pada saat itu. Ternyata organisasi ini sudah dikenal oleh walikota Sibolga. Mungkin karena selama perjalanan organisasi ini, ternyata sudah banyak kegitan yang sudah dilaksanakan oleh organisasi ini. Seperti Membuat Seminar Ujian Nasional di Sibolga, mengadakan pertandingan sepak bola antar SMA di Sibolga, Seminar Kebudayaan sekaligus pelantikan,  diunjuk pemerintah Sibolga sebagai panitia malam tahun baru, dll.

Selama mengikuti pengkaderan ini, kami diajari banyak hal. Mulai dari disadarkan tentang hakekat seorang mahasiswa, diberitahukan tentang sulitnya membangun suatu organisasi, cara memanajemen organisasi, diajarkan materi tentang beretorika, kepemimpinan, tata tertib dalam persidangan hingga praktek langsung memimpin dan mengikuti persidangan.

Sebelum dihadapkan pada materi-materi tersebut, tentunya kami berorientasi terlebih dahulu. Selain diperkenalkan mengenai profil dan sistem yang ada di Kamista, kami juga diinstruksikan untuk memperkenalkan diri sendiri melalui alur cerita. Ketika itu kami juga ditanya perihal tujuan kami mengikuti acara yang bernama Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) itu, kami diminta untuk menyepakati bersama jawaban-jawaban yang kami kemukakan. Kamipun mendapatkan kesepakatan itu,  tujuan kami mengikuti acara ini adalah menjalin silaturahmi antar mahasiswa Sibolga-Tapteng, menambah pengetahuan dan ilmu pengembangan, menjadi kader pewujud cita-cita dan visi misi kamista, mengembalikan jati diri sebagai putera daerah Sibolga-Tapteng, dan yang terakhir adalah mengembalikan jati diri daerah. Tujuan-tujuan itu kufikir sangat masuk akal sebagai putra daerah Sibolga-Tapteng.

Setelah Orientasi, kami pun diminta untuk membuat dan menyepakati kontrak belajar. Kontrak belajar itu seperti kontrak belajar saat pertemuan pertama dengan dosen kuliah. Kontrak belajar yang kami buat adalah tidak  boleh merokok di ruangan, toleransi keterlambatan lima menit, berpakaian rapi di dalam forum, berpakaian rapi di dalam forum, Handphone di Silent-kan, izin keluar dimohonkan kepada fasilitator, dan yang terakhir adalah menjaga kebersihan ruangan. Itulah kontrak belajar, alias peraturan yang kami buat. Dan jika dilanggar, ada sangsinya juga, Yaitu duduk di meja pesakitan dan membersihkan ruangan.

Selain penyajian materi, dalam PKTN III ini kami juga disarankan untuk membuat konsep hidup dan visi misi hidup. Aku terkesan dengan saran ini, sebab dengan menuliskan konsep dan visi misi itu, aku menjadi tahu tentang pentingnya mengenal diri sendiri, pentingnya memperjelas visi misi dalam hidup, dan fokus terhadap tujuan yang akan kita capai selama hidup.

Selama disini, kami juga diberi kesempatan berolahraga dan bermain. Mulai dari permainan “Jika Maka”, permainan “menghafal nama dan uji konsentrasi”, dll. Selain permainan, kami juga diinstruksikan untuk menulis dan menempelkan harapan-harapan kami di pohon harapan yang telah dibuat oleh panitia. Ini adalah hal yang unik dan mengagumkan bagiku.

Selain Mempraktekkan langsung persidangan, acara yang paling seru bagiku adalah acara pada malam ketiga. Acaranya yaitu perdebatan mengenai pacaran dan selingkuh yang dibagi dalam 2 grup, grup pro dan grup kontra. Disini, banyak pengetahuan baru yang kami dapatkan. Mulai dari cara mempertahankan argumen, cara berbicara supaya orang bisa yakin terhadap pendapat kita, dll. Di akhir malam sebelum tidur, kami juga saling bertukar kontak dan kesan pesan kepada seluruh peserta dan sebagian panitia.

Tibalah di hari Akhir, kami diinstruksikan untuk membuat Rencana Kerja Tingkat Lanjut (RKTL). RKTL ini berisi rencana-rencana yang akan kami buat selama setahun ke depan sebagai kader baru. Di malam harinya, tibalah acara penutupan. Penutupan diakhiri dengan Foto Bersama.

Inilah pengalamanku selama mengikuti acara Pelatihan Kader Tunas Nauli (PKTN) ini. Banyak hal-hal yang unik, yang tidak ku dapatkan di luar sana. Rasa kekeluargaan yang erat, menikmati santapan makanan Sibolga, berbahasa Sibolga, membicarakan persoalan-persoalan yang ada di Sibolga-Tapteng, menambah rasa cintaku terhadap kampung halamanku. Dengan bergabung menjadi bagian dari kamista, selama berada di Medan, rasa rindu terhadap kampung halamanku berkurang. Terima kasih Kamista, telah hadir di dalam Hidupku. Sekianlah cerita dariku, aku menunggu kehadiran kader-kader selanjutnya.

Oleh: Chusni Syukriani Pasaribu, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utrara, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.